Tidak semua stres itu negatif. Kita bahkan butuh stres untuk merangsang kreativitas. Tentu, kalau kita bisa menyiasatinya.
Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary yang terletak di bawah otak mengirimkan "alarm" dan hormon ke kelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul.
Memang, dalam kondisi stres tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang dengan mengubah sistem di dalam tubuh untuk mengatasinya. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan penyesuaian tubuh akan menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis.
Penelitian di AS menemukan, enam penyebab utama kematian yang erat hubungannya dengan stres adalah penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri.
Sumber dan Manfaat Stres
Kalau mau dikatakan dengan jujur: ke mana pun pergi, Anda tak dapat lari dari stres! Apalagi di zaman yang kian keras, individualistik, kompleks dan penuh persaingan. Dr. Alfred M. mengatakan, "Stres adalah kondisi mutlak manusia berbudaya".Penelitian di AS menunjukkan 44 persen karyawan golongan kerah putih (white collar) termasuk dalam kelompok yang dibebani pekerjaan terlampau berat. WHO malah memperkirakan setiap saat satu persen penduduk dunia mengalami gangguan mental karena stres.
Bagi eksekutif hidup di bawah tekanan, ternyata merupakan prasyarat untuk menapaki karier. Semua stressor dapat berakibat baik, selama yang menerima mampu menyesuaikan diri. Setiap orang memang mempunyai persediaan energi tertentu untuk mengisi sistem endokrin. Menjadi biasa terhadap ancaman (stressor) menyebabkan seseorang tak lagi tertekan kalau terkena stres. Setelah berpengalaman mengalami stres, ambang batas semacam itu selalu dapat ditingkatkan. Stres memberi kesempatan pada seseorang untuk belajar menghadapi tekanan dan hasilnya diperoleh kemampuan yang bermanfaat untuk menghadapi berbagai jenis stres selanjutnya. Para ahli jiwa mengatakan bahwa stres diperlukan untuk pendewasaan diri.
Maka, jangan heran kalau mengenal beberapa orang yang senang mencari tantangan. Mereka selalu merasakan nikmatnya mengatasi kesulitan besar, yang bagi orang lain merupakan kegiatan yang penuh stres. Toleransi stres mereka memang lebih tinggi. Suasana nyaman atau tenteram malah tidak terlalu mereka sukai. Mereka selalu mencari atau menciptakan situasi yang penuh stres.
Beberapa kondisi yang bisa memicu stres adalah tugas/tanggungjawab yang tak jelas, konflik peran dalam jabatan, terlalu terbebani tugas atau batasan waktu dalam menyelesaikan tugas. Bisa jadi, atasan atasan yang tak menyenangkan, perubahan tugas/lokasi kerja, juga ketakjelasan karier/sasaran pekerjaan dan kesulitan hubungan interpersonal/kelompok.
Gejala Mengidap Stres
Gejala stres biasanya muncul perlahan-lahan, tidak jelas kapan mulainya dan sering tidak disadari. Dari kesehatan memburuk, prestasi kerja menurun sampai gangguan mental yang berat.
Para ahli membagi stres menjadi enam tahap, dengan gejala yang khas di setiap tahap. Tahap pertama, biasanya orang menjadi bersemangat besar. Penglihatannya menjadi lebih tajam dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih besar. Cuma, tak disadari bahwa cadangan energinya menjadi menipis.
Tahap kedua, dampak stres yang menyenangkan mulai hilang dan timbul keluhan-keluhan akibat cadangan energi tak lagi cukup. Gejalanya: keletihan, gangguan sistem pencernaan, disertai jantung berdebar, tekanan darah naik, rasa tegang di otot punggung dan tengkuk. Juga timbul perasaan-perasaan tak enak: tak puas, khawatir/cemas, tertekan, rendah diri, jenuh/bosan atau merokok dan minum berlebihan.
Ketiga, ditandai dengan semakin sering munculnya gangguan tadi dan mulai ada kesulitan tidur (insomnia). Pada tahap ini konsultasi dengan dokter harus dilakukan, kecuali kalau beban stres atau stressor dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan beristirahat.
Tahap keempat lebih parah lagi, mulai timbul kesulitan dalam kemampuan untuk menanggapi situasi. Tidur semakin sulit, mimpi tegang sering muncul. Konsentrasi menurun drastis, ditambah adanya perasaan takut yang tak jelas sebabnya. Pada tahap kelima hal-hal itu semakin menghebat. Penderita merasa sangat takut, sehingga mirip panik.
Pada tahap terakhir muncul gejala sesak napas, badan gemetaran, keringat berlebihan dan mudah kehilangan tenaga. Tahap keenam ini acap membuat orang pingsan.
Manajemen Stres
Pertama harus diingat, bukan stres yang merusak, tetapi cara kita menghadapinya. Shakespeare menulis: things are neither good or bad, but thinking makes them so. Ada beberapa orang yang mengalami jenis stres yang sama dan tidak apa-apa, tetapi orang lain ada yang langsung collapse. Anehnya, walau kita tak dapat bekerja maksimal saat stres yang cukup berat, tubuh kita tak akan dapat bekerja tanpa adanya stres. Aturan umum supaya tubuh kita dapat menghadapi segala tekanan yang datang ialah "stres-relaks, stres-relaks".
Departemen Kesehatan Jepang menemukan lebih dari 50 persen orang Jepang mengalami stres dalam bekerja dan persahabatan, dan mereka umumnya menghadapinya dengan cara menonton TV, mengobrol atau meneguk minuman agar bisa santai. Mengetahui batas kemampuan diri sendiri juga merupakan cara yang baik dalam menghadapi stres. Jatuh sakit biasanya merupakan tanda bahwa seseorang betul-betul memerlukan istirahat. Jadi, sebelum sakit, kita sebaiknya sudah sempat beristirahat, mengambil cuti atau berlibur.
Karena stres adalah pengalaman yang mengakibatkan ketakseimbangan dalam diri seseorang. Saat menderita stres, dianjurkan untuk berbincang-bincang dengan orang lain, siapa pun. Yang penting ia dapat membuat penderita memahami keadaan dirinya. Lebih baik lagi kalau konsultan ini membuatnya dapat meningkatkan kualitas hidup. Kondisi terbaik akan tercapai kalau penderita mengakui ia benar-benar menderita karena mengalami stres dan ingin sembuh.
Orang yang berkepribadian matang memiliki daya tahan lebih besar dalam menghadapi stres. Kematangan semacam ini diperoleh dengan bersikap realistis dan berani menghadapi kenyataan. Sikap ini akan meningkatkan kesadaran terhadap batas kemampuan diri, sehingga ia tak akan menuntut dirinya dan orang lain terlalu tinggi, yang akhirnya hanya akan menimbulkan frustasi, yang berujung pada stres berkepanjangan.
Kebiasaan sehari-hari seperti makan, tidur, olahraga yang teratur dan mencukupi dapat meningkatkan ketahanan dalam menghadapi stres. Gizi yang baik maupun kedisiplinan untuk bekerja dan bersantai banyak berguna dalam hal ini. Mempunyai perhatian terhadap hal-hal selain yang dikerjakan rutin juga sangat menolong. Selain memperluas cakrawala pandangan, hal itu dapat menjadi pelarian kalau situasi stres mulai mengancam.
Tak kalah penting adalah faktor-faktor psikis, seperti hubungan yang baik dengan teman, keluarga dan kerabat. Dalam suasana bahagia dan sehat, orang tak mudah jatuh terkena gangguan stres. Penelitian menunjukkan 80% stres memiliki hubungan keluarga yang kurang harmonis.
0 komentar:
Posting Komentar