Beberapa tahapan dalam strategi”Catalytic”:
1. Penilaian situasi(situation assessment)
Pada tahap ini manajememn isu melakukan penilaian situasi. Seperti pada analisis dalam proses manajemen public relations, tim manajemen isu mencermati lingkungan internal (organizational assessment) dan eksternal (environmental assessment) untuk mengetahui apa yang organisasi harapkan untuk terjadi dan bukan apa yang organisasi harapkan untuk dihindari. Penilaian organisasi meliputi motif profit/keberlanjutan, tujuan/keinginan, sumber daya, input. Sedangkan penilaian lingkungan meliputi kondisi, berbagai kemungkinan, dan hambatan.
2. Penentuan tujuan (goal establishment)
Organisasi memasuki langkah penentuan tujuan ketika tuim manajemen isu memutuskan untuk melakukan upaya perubahan. Pada tahapan ini keinginan diterjemahkan ke dalam tujuan .Untuk melakukanya, organisasi perlu mendefinisikan sifat perubahan yang diinginkan terjadi. Kemudian tim manajemen isu perlu mempertimbangkan konsekuensi perubahan pada organisasi. Jika organisasi berhasil melakukan perubahan sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan yang ditetapkan, isu menjadi bagian dari agenda public, yang berarti isu akan menjadi persoalan jawaban alternatif dari pertanyaan familiar.Pada tahapan inilah Crable dan Vibert berbicara mengenai manajemen kebijakan dan bukanya manajemen isu.Isu,yang dimunculkan oleh organisasi, menjadi subyek diskusi bagi semua yang bisa mempengaruhi kebijakan public. Ini yang disebut Crable dan Vibert dengan pendekatan ”saringan” terhadap manajemen isu dan pengaruh kebujakan (Monstad,2003:35)
Pada Model Manajemen Isu Catalytic ini dilengkapi dengan instrument untuk mengelola perubahan atau tren positif dan dengan menjadikan tren sebagai isu yang dimunculkan dalam agenda publik dan akhirnya mendorong dibuatnya kebijakan sesuai dengan masa depan organisasi.Dalam model ini juga memunculkan sifat prokatif dari manajemen isu dimana organisasi yang mendorong munculnya isu untuk kemudian mengelola kebijakan. Untuk menyebarkan kebijakan yang diambil atau isu yang dimunculkan bisa mengadopsi konsep linkages seperti community relations, governmental relations, media relations. Bisa menggunakan beragam taktik untuk beragam publik.Meskipun demikian, jika hanya menggunakan model ini,menurut Monstad (2003:36), organisasi bisa kehilangan isu dan tren yang sebelumnya sudah ada dan bisa membawa konsekuensi negatif bagi organisasi. Oleh karena penting untuk selalu mengingat bahwa” Model Manajemen Isu Catalytic” harus diintegrasikan dengan “Model Proses Manajemen Isu” dan digunakan secara bersamaan dan saling mendukung..
Inti dari perlunya pihak manajemen menerapkan proses manajemen isu dalam organisasi adalah sebagai langkah dalam mengidentifikasi dan mengantisipasi isu yang muncul dan bagaimana organisasi bisa terlibat secara aktif dalam proses pembuatan kebujakan public.
Semakin isu bisa diidentifikasikan dan dikelola sedini mungkin, maka organisasi akan bisa menyelesaikan isu untuk meminimalisir konsekuensi bagi organisasi.Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk menganalisis status sebuah isu dan mengidentifikasik siklus isu tertentu. Ketika mempertibangkan perubahan adalah penting untuk mencari isu potensial yang bisa menjadi isu yang nyata. Upaya memberikan perhatian yang lebih pada faktor-faktor eksternal yang melandasi pemikiran pendekatan outside-in thinking terhadap manajemen isu pada akhirnya diharapkan dapatn menyelamatkan baik aset tangible maupun intangible organisasi.
Kontribusi Manajemen Isu
Issue Management Council dalam situsnya mengidentifikasi nilai tambah dan manfaat implementasi Manajemen Isu , sebagai berikut:
1. Nilai tambah dan manfaat dari sisi eksternal
• Meningkatkan hubungan dengan stakeholder dan “dialog mutual” yang menghindari atau mereduksi konflik dan mengarah win/win resolution yang mempertahankan posisi dan tujuan semua anggota dalam ekosistem stakeholder.
• Mempercepat produk dan jasa ke pasar yang sesuai dengan tuntutan yang tadinya tidak terpenuhi atau menjadi perhatian.
• Mereduksi “noise” komunikasi dalam pasar yang dapat menghambat kinerja organisasi yang efisien dan kompetitif.
• Menghilangkan hambatan terhadap pasar dan hambatabn operasional.
• Manajemen yang “dapat merespon” secara social.
• “Kontrol realitas” untuk persepsi internal dan rencana versus realitas eksternal, menawarkan filter bagi inisiatif stratejik organisasi.
2. Nilai tambah dan manfaat dari sisi internal.
• Manajemen enterprise-wide (boundary spanning) dan sinergis, alokasi sumber daya yang efisien.
• Komunikasi atau tujuan organisasi yang relevan secara kontekstual dan tepat dari sisi waktu dalam hubunganya dengan dampak isu meningkatkan kemampuan individu”berbicara”untuk organisasi.
• Meningkatkan kerjasama tim, moral dan produktivitas melalui pemahaman strategi organisasi dan peran invidu dalam hubunganya dengan dampak isu terhadap tujuan organisasi.
• Isu yang diharapkan melalui penugasan “issue champion”.
• Mengurangi”kejutan” dan ketidakpastian dengan mengurangi liabilitas direktur dan petugas.
• Menghindari krisis dn “keberhasilan”melalui hal-hal yang tidak terjadi.
Manajemen isu merupakan proses manajemen formal untuk mengantisipasi dan mengambil tindakan yang sesuai terhadap isu yang muncul, perhartian atau isu yang cenderung mempengaruhi organisasi dan stakeholder-nya. Oleh karena itu, kebijakan untuk menerapkan proses manajemen isu dalam organisasi harus dilihat sebagai langkah antisipasi terlepas dari besar kecilnya organisasi. Hal ini karena isu bisa menimpa siapa saja, baik individu maupun organisasi, berapapun jumlah pegawainya dan sederhana apapun lingkungan organisasi. Perusahaan dengan kebijakan manajemen isu akan lebih siap ketika isu datang, bahkan secara proaktif bisa mempercepat isu melewati siklusnya dan menghindari gangguan terhadap kinerja organisasi.
Kesimpulan
Model Proses Manajemen Isu pada prisipnya merupakan alat untuk mengidentifikasikan konsekuensi-konsekuensi dari perubahan lingkungan eksternal dan internal terhadap aktivitas organisasi. Penggunaan proses manajemen isu meliputi perencanaan kebijakan public ke dalam setiap unit operasional organisasi. Model ini juga menekankan kewenangan membuat keputusan dan keahlian mereview dan mengevaluasi isu.
Model proses manajemen isu ada lima tahapan: identifikasi isu, analaisis isu, pilihan strategi perubahan isu, program aksi isu dan mengevaluasi isu.Proses manajemen isu merupakan proses manajemen yang kontinyu dan menjadi bagian dari kebijakan menyeluruh manajemen organisasi. Model ini sangat bermanfaat dalam membantu organisasi mengantisipasi isu. Jika dihubungkan dengan manajemen krisis dan reputasi, maka proses manajemen isu dapat dilihat sebagai perencanaan pra-krisis sekaligus bagian dari manajemen reputasi perusahaan.
Model Catalytic muncul sebagai respon atas kelemahan model proses manajemen isu.Crabble dan Vibert memnyatakan bahwa manajemen isu dapat digunakan jauh sebelum sebuah isu dimunculkan oleh stakeholder. Strategi catalyst mendorong organisasi untuk proaktif terlibat dalam pengelolan berbagi isu dengan aksi positif. Fokus utama pada apa yang diinginkan atau dimiliki organisasi kemudian mendorong isu berkembang dan melewati tahapan isu dibawah pengendalian pihak manajemen .Tahapan dari model catalytic meliputi penilaian situasi, penentuan tujuan, menjadikan isu bagian dari agenda publik atau manajamen kebijakan.
Dengan mengantisipasi isu sedini mungkin dan pihak manajemen terlibat aktif dalam upaya proses kebijakan publik,.bukan hanya pihak manajemen mencegah isu berkembang menjadi krisis, tapi juga pihak manajemen secara langsung telah membangun reputasi yang baik di mata stakeholder organisasi.
0 komentar:
Posting Komentar