Iman menurut bahasa adalah tasdhiq (mempercayai) , sedangkan menurut istilah iman memiliki pengertian mempercayai Rasulullah dan berita yang dibawanya itu adalah dari Allah .
Banyak sekali yang memberikan ungkapan “iman adalah perkataan dan perbuatan, dapt bertambah dan dapat berkurang”. Pernyataan tersebut terdiri dari dua unsur yakni, pertama : perkataan dan perbuatan sementara yang kedua : bertambah dan berkurang. Ekspekstasi dari perkataan adalah dua kalimat syahadat, sedangkan perbuatan adalah mencakup perbuatan hati (keyakinan) dan perbuatan anggota badan (ibadah).
Namun kaitannya mengenai definitive iman masih banyak sekali perbedaan pendapat dianatara para ulama’ diantara sebagiannya menyatakan bahwa perbuatan itu bukan termasuk dalam kajian iman.
Sementara sebagian yang lain menyebutkan definitifnya untuk “iman” yakni mempercayai dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan, menurut sebagian dari ulama’ tersebut mengamalakn dengan anggota badan adalah merupakan syarat kesempurnaan iman, sehingga muncullah pernyataan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang sebagai mana keadaan nisbinya manusia.
Sebagai contoh iman berdasarkan para ulma’ golongan murji’ah, memberikan definitive iman adalah mempercayai dengna hati dan elaksanakan dengan perbuatan, sementara menurut ulama’ golongan karramiyah iman cukup diucapkan dengan lisan saja. Adapun golongan Muktazilah memberikan definisi iman sebagai perbuatan, ucapan dan keyakinan.
Perbedaan juga tidak intra generasi tetapi memang terjadi antar generasi, suatu perbedaan yang menonjol yakni jika ulama’ terdahulu itu menjadikan “perbuatan” sebagai syarat kesempurnaan iman, sementara mereka menjadikan “perbuatan” senbagai syarat sahnya iman.
PEMBAHASAN
HADIS MENGENAI IMAN
Terjemah Hadis
Umar bin Khattab RA. Berkata : Suatu hari, kami duduk dekat Rasulullah Saw, tiba – tiba muncul seorang laki – laki mengeanakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya hitam legam. Tak terlihat tanda – tanda bekas perjalanan jauh dan tak seorang pun diantara kami mengenalnya ia duduk di depan Nabi, lututnya ditempelakan kelutut beliau dan tangannya di letakkan dipaha beliau, lalu berkata ‘Hai Muhammad! Beri tahu aku tentang Islam. ‘Raulullah Saw menjawab Islam itu ialah engkau bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, melaksanakan salat, membayar zakat, berpusa ramadhan dan menunaikan haji ke baitullah,jika engkau mampu’. Laki – laki itu berkata “benar” kami heran padanya (bertanya, tapi setelah itu membenarkan jawaban Nabi.
Ia bertanya lagi, ‘beritahu aku tentang Iman’, Nabi menjawab ‘Iman itu engkau beriman kepada Allah, Malaikatnya, kitab- kitabnya, para Rasul, hari akhir dan takdir, yang baik atau yang buruk.”ia berkata ‘benar’. Ia bertanya lagi ‘beritahu aku tentang Ihsan’. Nabi menjawab, ‘hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan – akan engkau melihat Allah, kalaupun engkau tidak melihatnya sesungguhnya Dia melihatmu.
Laki – laki itu bekata lagi ‘beri tahu aku kapan terjadinya hari kiamat’. Nabi menjawab ‘yang ditanya tidaklah lebih tau dari pada yang bertanya,. Diapun bertanya lagi, ‘beri tahu aku tentang tanda – tandanya’,. Nabi menjawab ‘setelah budak – budak wanita telah melahirkan tuannya, orang yang bertelanjang kaki dan tidak memakai baju , dan pengembala kambing saling berlomba – lomba mendirikan banguna yang megah. Kemudian laki – laki itu pergi, aku diam beberapa waktu. Setelah itu nbai bertanya kepadaku, ‘Hai Umar tahukah kamu siapa yang bertanya kepadaku tadi?, aku menjawab’Allah dan Rasulnya lebih mengetahui, Rasulullah saw bersabda ‘ Dia itu Jibril dating untuk mengajarkan islam kepada kalian (HR. Imam Muslim)
Azbabul Wurud
Imam Muslim dalam riwayah umarah bin Qa’qa’ menjelaskan sebab munculnya hadis ini, yakni pertama kali yang disampaikan Rasulullah saw pada majlis tersebut adalah “bertanyalah kepadaku” tetapai mereka (para shabat) segan untuk bertanya kepada belia, maka datanglah pria (maliakat Jibril) tersebut.
Syarah atau Penjelasan
Sebelum ini telah disebutkan bahwa Imam Bukhari menganggap islam dan iman adalah satu makna. Secara eksplisit pertanyaan jibril mengindikasikan adanya perbedaan anatara islam dan iman dengan menganggap bahwa iman adalah keyakinan terhadap perkara tertentu, sedangkan islam menampakkan amalan – amalan khusus.
Penjelasan dalam hadis tersebut bahwa keyakinan (iman) dan amal (islam) adalah agama, sedangkan yang diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada Abdul Qais bahwa iman adalah islam. Hal itu diperkuat dengan penjelasan ayat dan berdasarkan riwayat dari abu sufyuan yang menyatakan bahwa islam adalah agama, makaislam dan iman adalah satu.
Abu Awanah Al-Isfaraini dalam kitab sahihnya dari Al – Muzani mendukung pendapat yang menyatakan bahwa islam dan iman merupakan satu arti .sedangakan imam ahmad lebih pro bhawa islam dan iman itu berbeda arti atau maknanya . Hal itu menunujukkan kata islam tidak mencakup keyakinan dan amalan sekaligus. Sedangkan kata iman mencakup keduanya.
Allah swt berfirman “dan kuridhai islam sebagai agamamu” kata islam dalam ayat tersebut mencakup iman dan amal karena yang mengerjakan tanpa keyakinan maka perbuatannya bukan termasuk perbuatan agama yang diridhai.
Berdasarkan ayat tersebut maka Al – Muazani dan Abu Muhammad Al – Baghawi mengomentari pertanyaan jibril dan Rasulullah Saw menjadikan kata “islam” disini sebagai nama perbuatan yang tampak, dan kata “iman” sebagai kata keyakinan yang tersebunyi didalam hati. Ini tidak berarti bahwa perbuatan tersebut merupakan bagian dari iman dan bukan berarti pembenaran hati juga tidak termasuk islam, akan tetapi sebagai penjelsasan bahwa semuanya adalah satu dan penggabungan diantara keduanya adalah agama.
Rasulullah saw bersabda “dia dating untuk mengajarkan agamamu”, Allah Swt berfirman “dan kuridhai islam sebagai agama kalian” (QS. Al – Maidah : 3) barang siapa yang mencari agama selain islam, maka sekali – kali tidaklah akan diterima agama dari padanya.” (QS. Al- Imran:85)dengan demikian agama yang diterima dan diridhai hanyalah disertai dengan keyakinan (Attasdiq).
Tinjaun Pribadi
Mengenai kontradiktif argument diatas, yang jelas masing – masing memiliki hakikat syari’at dan hakikat bahasa, keduanya tidak terpisahkan dan saling melengkapai seperti seseotrang yang melakuakan perbuatan, dia tidak dikatakan sebagai muslim yang sempurna jika tidak disertai dengan suatu keyakinan, dan orang yang berkeyakinan tidak dikatakan mukmin yang sempurna kalau tidak mengerjakannya. Karena kata iman sering digunakan dalam kata islamdan juga sebaliknya., atau salah satu kata dipakai untuk arti keduanya sebagai kiasan, yakni makna yang dimaksud dapat diketahui lewat konteks kalimat. Artinya, kalau dipakai dua kata tersebut bersamaan dalam kalimat pertanyaan, maka fungsinya sebagai kata sebenarnya. Kalau kedua kata tidak dipakai secara kebersamaan atau dipakai tapi tidak dala kalimat pertnyaan, maka pemakaiannya boleh sebagai fungsi kata sebenarnya atau kiasan sesuai dengan konteks kalimat.
KESIMPULAN
Secara eksplisit, teks tersebut mengindikasikan iaman seorang tidak sempurna kecuali ia meyakini seluruh rukun iman yang telah disebutkan diatas. Namun para fuqaha’ telah sepakat bahwa seorang dapat diakatakan beriman ketika ia beriman kepada Allah dan Rasulnya, hal itu dikarenakan maksud beriman kepada Allah adalah meyakini keberadaannya dan meyakini apa yang disampaikan dari tuhannya oleh karena itu semua yang disebutkan tercakup dalam keimanan tersebut.
Untuk menyembah kepada Allah Annawawi berkata, mungkin saja yang dimaksud ibadah adalah mengetahui Allah (Ma’rifaullah). Oleh karena itu dianeksasikannya shalat dan lainnya terhadap iman kepada Allah untu di masukkannya islam kedalam islam. Mungkin juga yang dimaksud ibadah adalah ketaatan secara mutlak, maka seluruh kewajiban masuk didalamnya, erdasarkan ini, maka pengathafan antara shalat dan lainnya masuk dalam kategori ‘Athaf Alkhas Ila Al’Aam.
Dalam hadis Umar di tafsirkan sebagai berikut “engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud iabadah adalah mengucapkan Syahadatain. Dengan demikian merupakan bantahan untuk kemungkinan yang kedua. Ketik perawi mengibaratkan ibadah, maka dia harus menjelaskan dengan kalimat “tanpa menyekutukannya dengan apapun” kalimat tersebut tidak dibutuhkan dalam tafsir Umar karena kata – kata didalamnya telah mencakup hal tersebut.
Daftar Pustaka
Al – Asqalani, Ibnu Hajar. (2010) Fathul Baari Penjelasan Kitab Sahih Al – Bukhari. Jakarta : Pustaka Azzam
Al – Bugha Muhyidin Mistu, Mustfa Dieb. (2003) Al-Wafi Menyelamui Makna 40 Hadis Rasulullah Syarah Kitab Arba’in Nawawiyah. Jakarta : Al – I’tishom.
‘Abdul Baqi, Muhammad Fuad. (2001) Al – Lu’ Lu’ Wal Marjan Himpunan Hadis Sahih Disepakati Olehbukhari Dan Muslim. Surabaya : PT BINA ILMU OFFSET .
Alifudin. (1994) Hadis – Hadis Riwayat Imam Syafi’i. Jakarta : Yayasan Sinar Kebajikan.
0 komentar:
Posting Komentar