Al-qur’an adalah wahyu tuhan yang diturunkan kepada umat manusia dengna tujuan untuk mengajarkan kembali doktrin monotheisme, suatu ajaran yang pernah dibawa oleh berbagai nabi sebelumnya, semisal Nabi Ibrahim, Musa, Isa dll.
Al-qur’an membawa hal yang baru mengenai doktrin monotheisme (tuhan yang esa, yang tidak akan berubah atau abadi) sekaligus Al-qur’an menempatkan ini sebagai petunjuk bagi alam dan seisinya,
dalam konsep Al-qur’an Allah merupakan wujud transeden “yang takkan ada pandangan yang dapat melihatnya, ia berada diatas segala perbandingan, tidak ada yang bisa menyerupainya dan ia berada diluar jangkauan penjelasan apapun serta tidak mungkin untuk direpresentasikan melalui penggambaran (image) baik secara antropomorfis maupun zoomormis.
Tetapi al-qur’an memberikan sebuah gagasan yang menyatakan bahwa Allah yang secara unik tidak bisa bisa dikenai pertanyaan mengenai siapa, bagaimana, dimana dan kapan?. Tetapi hal yang mungkin adalah pertanyaan tentang transedennya atau lebih popular dikenal dengan tauhid yang secara harfiah memiliki pengertian “meng-Esa-Kan”.
Selain dari berbagai keunikannya al-qur’an juga mengorientasikan bahwa Allah itu tidak dapat dicapai dengan penggambaran melalui manusia dan alam bahkan seisi alam semesta ini sekalipun, namun hanya dapat direalisasikan melalui kontemplasi terhadap kreasi-kreasi artistic yang dapat membawa pengamatnya intuisi tentang kebenaran itu sendiri: bahwa Allah sangat berbeda dengan ciptaannya dan tidak dapat dipresentasikan dan diekspresikan .
Dikesempatan ini penulis berusaha menghadirkan data-data yang bersumber dari al-qur’an mengenai ketuhanan, yang akan dikerucutkan pada orientasi mengenai transedensi ketuhanan.
PEMBAHASAN
Ayat Al-Qur’an Mengenai Ketuhanan
1. Qs. Al – Fushshilat, ayat 30
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" .
• Azbabun nuzul
Sementara ini penulis belum menemukan azababun nuzul dari ayat ini.
• Tafsirul ayat.
Firman allah : “sesungguhnya orang yang mengatakan, tuhan kami ialah Allah “ lalu mengesakannya dan tidak menyekutukannya , maka mereka telah melepaskan diri dari tuhan – tuhan dan sekutu sekutu. “kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka” dalam mengesakan Allah, tidak mencapur adukkan dengna perbuatan syirik, maka mereka telah taat kepada Allah, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Berikut berbagai riwayat dari Rasulullah Saw mengenai penafsiran kalimat “kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka”:
a. Amr bin Ali menceritakan kepada kami, ia berkata : Salin bin Qutaibah Abu Qutaibah menceritakan kepada kami: Suhail bin Abi Hazm Al-Qathi menceritakan kepada kami dari Tsabit Albunnani, dari bin Malik, bahwa Rasulullah Saw membaca ayat “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka”, ia berkata, manusia telah mengucapkan ‘tuhan kami adalah Allah’ kemudian sebagian mereka menjadi kafir. Barang siapa wafat dengan brpegang penuh pada kalimat ini, maka ia termasuk orang yang teguh pendiriannya .
b. Menurut ahli takwil mereka berpendapat pada kata yakni : tidak menyekutukan Allah dengan apapun, mereka menyempurnakan ketauhidan mereka.
c. Ibnu Bassyar (dalam sanadnya) menyebutkan maksud dari kata adalah orang – orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan apapun.
d. Ia berkata : Jarir bin Abdul Hamid dan Abdllah bin Idris menceritakan dari Asy-Syaibani, dari Abu Bakar bin Abu Musa, dari Al – Aswad bin Hilal, dari Abu Bakar ia berkata kepada para sahabatnya tentang ayat ““Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka”, mereka berkata maknanya adalah orang – orang itu berkata tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka beramal.” Abu Bakar lalu berkata : kamu memakanai ayat ini bukan pada tempatnya, makna dari ayat ““Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka” maksudnya adalah “orang – orang yang tidak menodai kata kata mereka dengan perbuatan syirik dan lainnya”
e. Yunus menceritakan kepadaku, ia berkata: Ibu Wahab memberi tahu kepada kami, ia berkata : Ibnu Zaid berkata tentang ayat ““Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka” ia berkata maksud dari ayat tersebut adalah teguh pendirian dalam beribadah kepada Allah .
Sementara mengenai ayat, Maka Malaikat akan turun kepada mereka maksudnya adalah malaikat akan turun menghampiri mereka dari sisi Allah ketika kematian datang kepada mereka. Dan berikut riwayat yang di jadikan pedoman oleh para ahli takwil :
Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata Hakkam mencceritakan kepada kami dari Anbasah, dari Muhammad bin Abndurrahman, dari Qassaim bin Abi Bazzah, dari Mujahid, tentang ayat “,Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih”, ia berkata maksudnya adalah pada saat kematian.
Diriwayatkan dari Abdullah bahwa ia membaca “maka malaikat akan turun kepada mereka dan berkata : Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih” maksudnya adalah jangan kamu meras merasa takut terhadap apa yang akan menimpamu setelah kamu mati, dan janganlah kamu merasa sedih atas apa yang kamu tingglkan dibelakangmu.
Ahli takwil berpendapat berdasar, Muhammad menceritakan kepadakami, ia berkata : Ahmad menceritakan kepada kami, ia berkata : Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi, tentang ayat “janganlah kamu takut dan janganlah kamu merassa sedih”. Maksudnya adalah : janganlah kamu takut terhadap apa yang ada didepanmu dan jangan pula merasa sedih terhadap sesuatu setelah kamu.
Firman Allah yang berbunyi “dan gembirakanllah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan oleh allah kepadamu” maksudnya adalah bergembiralah kamu, karena diakhirat kamu akan mendapatkan surga yang telah dijanjikan ketika kamu berada didunia, karena keimananmu kepada allah dan teguhnya pendirianmu dalam ketaatna kepadanya.
Demikian meurut riwayat berikut ini:
Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata : ahmad menceritakan kepada kami, ia berkata : asbath menceritakan kepada kami dari as – suddi, tentang ayat “dan gembirakanllah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan oleh allah kepadamu” ia berkata ; maksudnya adalah janji ketika masih didunia.
2. Qs. Surat Al-Anbiya’
- Ayat 22
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan .
- Azbabun nuzul
Sementara ini penulis belum menemukan azababun nuzul dari ayat ini.
- Tafsirul ayat
Maksud ayat diatas adalah, Allah berfirman : sekiranya dilangit dan di bumi ada tuhan – tuhan yang patut disembah selain Allah pencipta segala sesuatu, yang uluhiyah dan ibadah tidak diperbolehkan kecuali kepadanya, “tentu keduanya telah rusak binasa” maksudnya adalah kedua penduduk langit dan bumi pastilah rusak.
Dan maksud dari kalimat “Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan” adalah ke-maha-sucian itu hanya milik allah, dari dusta mereka yang musyrik kepada-Nya.
Perihal diatas sebagai mana yang terdapat pada riwayat berikut:
Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata : Syaid menceritakan kepada kami dari Qatadah, tentang firman Allah (7:22) “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan”. Ia berkata “Allah mensucikan Dzatnya sendiri ketika dia didustakan” .
Ayat 25
dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku ".
Azbabun nuzul
Sementara ini penulis belum menemukan azababun nuzul dari ayat ini.
Tafsirul ayat
Maksud ayat diatas adalah; allah ta’ala berfirman “dankami tidak mengutus” wahai Muhammad “sebelum kamu” seorang rosulpun pada suatu kaum ‘melainkan kami wahyukan” tiada tuhan yang wajib disembah baik dilangit maupun dibumi kecuali aku (Allah).
“maka sembahlah oleh kamu sekalian akan aku”.
maksudnya memurnikan ibadah hanya untuk Allah dan mengesakan ketuhanan hanya untuk Allah.
Perihal diatas sesuai pentakwilan dari para ulama’ mufassir, sebagaimana yang tertera pada periwayatan berikut:
Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata : Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata Said menceritakan kepada kami dari Qatadah,tentang firman Allah QS. Al_Anbiya’ ayat 25:
dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". ia mengatakan maksudnya adalah: dengan aku mengutus para rasul dengan ikhlas dan tauhid, dan tidaka kan diterima – abu ja’far berkata : menrutku ia berkata – suatu amal perbuatan sebelum mereka mengucapkannya dan mengakuinya. Syari’at itu bermacam-macam, dalam taurat ada syari’at, dalam injil ada syari’at dfan dalam al-qur’an ada syari’at halal dan haram. Ini semua menyangkut keikhlasan beribadah kepada allah dan memurnikan tauhid kepada Nya .
3. Qs. Al-A’raf ayat 172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" ,
4. Kontekstualisasi Ayat
Beriman kepada Allah ta’ala memiliki pengaruh yang baik, kaitannya didunia maupun diakhirat, dan sungguh kebaikan dunia akhirat, serta penolakan kejahatan semua itu adalah pengaruh dari iman ini, karena Allah swt akan membela kaum mukminin dari segala hal yang dibenci, menyelamatkan umatnya dari segala penderitaan dan menjaga dari tipudaya para mussuh (setan).
Selain itu keimanan kepada allah akan membawa jiwa manusia menjadi bersih dari khurafat. Karena ketika keimanan itu memang berlangsung secara benar, niscaya manusia akan menggantungkan segala perkaranya kepada allah swt semata, karena hakikinya allah adalah rabb semesta alam, dan tidak ada rabb yang hak untuk disembah selain Nya. Karena itu orang tidak akan takut kepada makhluk, tidak akan menggantungkan hatinya kepada salah seorang manusia, karena itu manusia terbebas dari khurafat dan ilusi.
Termasuk pengaruh dari iman kepada Allah adalah keberuntungan dan kemenangan : mendapata apa yang diminta dan selamat dari seiap yang ditakuti, hal ini sesuai dengn firman Allah Qs. Al-Baqarah ayat 5 :
“Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”
Namun pengaruh atau manfaat terbesar dari rasa iman kepada Allah adalah didapatkan keridhaan dari Allah swt, sehingga surga merupakan puncak kebahaagiaan yang merupakan kenikmatan abadi serta kasih sayang yang sempurna, karena hal tersebut telah di janjikan oleh Allah swt .
5. kesimpulan
bahwasanya kebutuhan kita terthadap aqidah adalah diatas segala kebutuhan , dan kepentingan kita terhadap aqidah adalah diatas segala kepentingan, sebab tidak ada kebahagiaan, kenikmatan, dan kegembiraan bagi hati kecuali dengan beridbadah kepada Allah.
Aqidah adalah kwajiban yang paling besar dan yang paling ditekaknkan, karena itu ia adalah yang pertama kali diwajibkan atas manusia, seseuai dengan sabda rasulullah saw : “ aku diperintahkan menerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesebahan yang haq kecuali allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Sesungguhnya semengakui wujud allah adalah fitrah bagi manusia, sebagian besar manusia mengakui wujud allah kecuali sedikit sekali dari ikalangan orang – orang atheis. Lalu semua orang mengetahu bahwa yang baru opasti ada pembuatnya dan makhluq – mahluk yang banyak ini serta apa saja yang kita saksikan setiap saat pastilah ada ag menciptakannya. Dan pencipta itu adalah Allah, sebab mustahil ada makhluk tanpa ada yang menciptakan, sebagaimana mustahil makhluk itu menciptakan dirinya sendiri. Sebab itu kita sebagai makhluq dilarang keras untuk melakukan perbuatan syirik, karena syirik adalah perbuatan yang berlawanan dengan keimanan terhadap uluhiyah Allah sebagai sesembahan yang haq semata, dan jika beriman kepada uluhiyah Allah semata dan meng-Esa-kanNya dalam beribadah adalah kewajiban yang terpenting dan yang paling besar, maka syirik adalah perbuatan yang paling besar disisi Allah, dan syirik inilah satu – satunya dosa yang tak terampuni oleh Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
Al – Faruqi Ismail Raji Seni Tauhid Esensi Dan Ekspresi Estetika Islam, Yogyakarta : Bentang Budaya.
Abdul Latif, Abdul Aziz Bin Muhammad Pelajaran Tauhid Untuk Tingkatan Lanjutan Jakarta : Yayasan Al – Sofa.
Syakir, Syaikh Ahmad Muhammad, Syakir, Syaih Mahmud Muhammad. Tafsir Ath – Thabarijakarta : Pustaka Azzam.
Musatafa Al – Maraghi, Ahma, Tafsir Al – Maraghi, Terj. Semarang : Toha Putra.
0 komentar:
Posting Komentar