Setiap orang pasti menginginkan tubuh yang ideal dan memperhatikan setiap keadaan tubuhnya. Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan, terutama remaja putri, karena mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak, sehingga mudah untuk menjadi gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses, dan popular. Mereka sudah mempunyai suatu mind set bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka merasa tubuhnya gemuk, banyak lemak disana-sini, dan tidak sedap dipandang.
Kebanyakan remaja memiliki masalah dengan body imagenya ini yang akhirnya memunculkan gangguan pada makan. Pandangan takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini membatasi makan dan terkadang tidak makan atau puasa. Akhirnya mereka tidak mau makan hingga menjadi kurus kering.
Kelainan ini banyak terjadi di dalam masyarkat yang memuja bentuk tubuh yang kurus kering. Mereka terus-menerus malakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus, yang pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian.
Anoreksia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan gambaran tubuh, ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal dan hilangnya siklus mentruasi (pada wanita). Salah satu teori menyebutkan bahwa penyebabnya adalah karena para wanita merasa sangat tertekan dengan “kewajiban” untuk tampil kurus seperti yang dimunculkan oleh televisi dan majalah. Teori yang menunjuk adanya gangguan pada sebagian fungsi otak yang berkaitan dengan body image. rata-rata penderita anorexia lebih pintar menghitung kalori dibandingkan ahli nutrisi, dan sering sekali berkaca di cermin untuk melihat bentuk tubuhnya
Pada anoreksia nervosa terjadi hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal tersebut disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai konsep penampilan tubuh, sehingga penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Penderita anoreksia nervosa sadar mereka lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka, karena bisa berakibat meningkatnya berat badan. Berbeda dengan korban kelaparan, penderita anoreksia nervosa mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-hari mendekati normal. Tidak merasa lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya.
Istilah anoreksia secara harafiah artinya kehilangan nafsu makan. Definisi ini sedikit salah kaprah sebab penderita anoreksia sebenarnya merasakan lapar namun menolak untuk makan. Penderita anoreksia sangat takut gemuk bahkan mereka tetap melihat dirinya gemuk padahal sudah sangat kurus. Mereka akan menolak makan dan melakukan olah raga yang berlebihan untuk menurunkan berat badan.
Anoreksia Nervosa sering terjadi pada usia 14-18 tahun dan ada beberapa orang yang mengalaminya pada umur-umur yang lebih muda. Menurut penelitian pengidap gangguan ini 90-95% diderita oleh remaja putri dan banyak ditemukan pada golongan sosial-ekonomi menengah ke atas. Di beberapa tahun yang lalu, para dokter telah melihat meningkatnya jumlah penderita yang menderita anoreksia, beberapa di antaranya baru berusia 6 tahun. Banyak para ahli menyalahkan budaya "ukuran 0" dengan gadis-gadis model dan artis yang kurus tipis sebagai contoh modelnya. Mereka menjadi terobsesi dengan tubuh mereka sendiri dan seringkali melakukan diet-diet yang tak perlu karena mereka percaya mereka gemuk.
Pada suatu saat, lebih dari 90,000 orang-orang Inggris akan dirawat akibat gangguan makan, dan mereka yang berusia diantara 14-25 tahun diyakini yang paling beresiko. Tetapi kondisi ini tidak selalu terlihat pada tahap-tahap awal jika para penderita menjadi pandai dalam menyembunyikan masalah mereka. Mereka akan sering berbohong pada orangtua dan teman-teman mereka, mengatakan bahwa mereka sudah makan untuk menghindari saat makan atau memakai pakaian-pakaian longgar untuk menyembunyikan bentuk tubuh mereka.
Angka-angka menunjukkan bahwa sampai 46% dari remaja-remaja putri mengkonsumsi terlalu sedikit zat besi, membuat mereka rentan menderita anemia, dimana mereka memiliki terlalu sedikit sel darah merah dan merasa lesu. Sebuah laporan resmi juga mendapati bahwa makanan-makanan mereka juga rendah dalam magnesium dan selenium, sebuah kekurangan yang dapat menyebabkan insomnia, sakit kepala parah dan suasana hati yang naik turun.
Skala perawatan di rumah sakit akibat gangguan makan di Inggris :
Kelainan ini banyak terjadi di dalam masyarkat yang memuja bentuk tubuh yang kurus kering. Mereka terus-menerus malakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus, yang pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian.
Anoreksia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan gambaran tubuh, ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal dan hilangnya siklus mentruasi (pada wanita). Salah satu teori menyebutkan bahwa penyebabnya adalah karena para wanita merasa sangat tertekan dengan “kewajiban” untuk tampil kurus seperti yang dimunculkan oleh televisi dan majalah. Teori yang menunjuk adanya gangguan pada sebagian fungsi otak yang berkaitan dengan body image. rata-rata penderita anorexia lebih pintar menghitung kalori dibandingkan ahli nutrisi, dan sering sekali berkaca di cermin untuk melihat bentuk tubuhnya
Pada anoreksia nervosa terjadi hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal tersebut disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai konsep penampilan tubuh, sehingga penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Penderita anoreksia nervosa sadar mereka lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka, karena bisa berakibat meningkatnya berat badan. Berbeda dengan korban kelaparan, penderita anoreksia nervosa mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-hari mendekati normal. Tidak merasa lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya.
Istilah anoreksia secara harafiah artinya kehilangan nafsu makan. Definisi ini sedikit salah kaprah sebab penderita anoreksia sebenarnya merasakan lapar namun menolak untuk makan. Penderita anoreksia sangat takut gemuk bahkan mereka tetap melihat dirinya gemuk padahal sudah sangat kurus. Mereka akan menolak makan dan melakukan olah raga yang berlebihan untuk menurunkan berat badan.
Anoreksia Nervosa sering terjadi pada usia 14-18 tahun dan ada beberapa orang yang mengalaminya pada umur-umur yang lebih muda. Menurut penelitian pengidap gangguan ini 90-95% diderita oleh remaja putri dan banyak ditemukan pada golongan sosial-ekonomi menengah ke atas. Di beberapa tahun yang lalu, para dokter telah melihat meningkatnya jumlah penderita yang menderita anoreksia, beberapa di antaranya baru berusia 6 tahun. Banyak para ahli menyalahkan budaya "ukuran 0" dengan gadis-gadis model dan artis yang kurus tipis sebagai contoh modelnya. Mereka menjadi terobsesi dengan tubuh mereka sendiri dan seringkali melakukan diet-diet yang tak perlu karena mereka percaya mereka gemuk.
Pada suatu saat, lebih dari 90,000 orang-orang Inggris akan dirawat akibat gangguan makan, dan mereka yang berusia diantara 14-25 tahun diyakini yang paling beresiko. Tetapi kondisi ini tidak selalu terlihat pada tahap-tahap awal jika para penderita menjadi pandai dalam menyembunyikan masalah mereka. Mereka akan sering berbohong pada orangtua dan teman-teman mereka, mengatakan bahwa mereka sudah makan untuk menghindari saat makan atau memakai pakaian-pakaian longgar untuk menyembunyikan bentuk tubuh mereka.
Angka-angka menunjukkan bahwa sampai 46% dari remaja-remaja putri mengkonsumsi terlalu sedikit zat besi, membuat mereka rentan menderita anemia, dimana mereka memiliki terlalu sedikit sel darah merah dan merasa lesu. Sebuah laporan resmi juga mendapati bahwa makanan-makanan mereka juga rendah dalam magnesium dan selenium, sebuah kekurangan yang dapat menyebabkan insomnia, sakit kepala parah dan suasana hati yang naik turun.
Skala perawatan di rumah sakit akibat gangguan makan di Inggris :
- Di bawah usia 18 tahun, tercatat 882 dari 2,579 dirawat di rumah sakit-rumah sakit di Inggris dalam waktu 12 bulan sampai bulan Juni.
- Dari jumlah itu, 31-nya adalah anak-anak yang berusia dibawah 10 tahun, termasuk 11 anak laki-laki dan 367-nya adalah anak-anak berusia 10-14 tahun, diantaranya 50 anak laki-laki.
- Di kelompok usia 15-19 tahun, terdapat 698 yang dirawat diantara anak perempuan dan 49 diantara anak laki-laki.
Tingkat kematian karena anoreksia terhitung tinggi. Karena itu, kelainan ini merupakan penyakit mental serius. Sekitar 20% kasus sifatnya fatal. Hanya sekitar 30% gadis remaja yang menderita anoreksia berhasil disembuhkan.
Para peneliti di Belanda meneliti DNA 145 pasien anoreksia. Mereka menemukan bahwa 11 % dari mereka mengalami mutasi genetik. Para ahli menemukan bukti bahwa anoreksia mungkin memiliki komponen genetik. Namun mutasi gen juga bisa berlaku untuk mendapatkan kelainan anoreksia ini, namun para ahli hanya memperkirakan terjadi sekitar 1 diantara 200.
Dikutip dari GeniusBeauty, Jumat (13/8/2010) berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh peneliti dari Robert Koch Institute di tahun 2008 mengungkapkan bahwa setiap lima dari warga negara di Eropa yang berusia 11-17 tahun menunjukkan beberapa gejala gangguan makan. Hal ini menunjukkan sekitar 15 persen dari jumlah anak laki-laki atau laki-laki dewasa muda juga memiliki gejala tersebut. Sehingga penderita gangguan ini tidak hanya dari kalangan wanita saja.
Tujuan dari tulisan ini dibuat selain untuk memenuhi tugas psikologi abnormal juga bisa memberikan kita pengetahuan yang lebih mendalam dari segala sesuatunya tentang Anorexia Nervosa sehingga bisa memberikan manfaat dan berguna untuk orang yang membacanya.
KAJIAN TEORI
A. ANOREKSIA NERVOSA
Anorexia adalah penyakit yang masih sulit dimengerti. Sebagian menyebutkan bahwa anorexia terjadi akibat tidak bekerjanya fungsi hypothalamus di bagian otak yang mengatur selera makan, keinginan untuk makan, gairah seksual, dan menstruasi. Anoreksia adalah penyakit yang hingga hari ini sulit dimengerti dan masih jadi teka-teki bagi para pakar kesehatan. Sebagian menyebutkan bahwa anoreksia disebabkan tidak berfungsinya kelenjar hypothalamus di bagian otak, yang bertugas mengatur selera, keinginan untuk makan, gairah seksual dan menstruasi. Anorexia nervousa, suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri.
Penderita merasa tidak menarik, dengan postur tubuh yang dirasa terlalu gemuk. Oleh karena itu penderita anorexia akan makan dalam jumlah yang sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjaga berat badan. Bahkan mereka merasa berdosa jika mengkonsumsi makanan. Mereka memilliki kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan makanan di piringnya, memotong –motong menjadi bagan kecil-kecil, mengunyah lambat-lambat, dan mnghindari makan bersama keluarga.
Seperti gangguan psikologis lainnya, anorexia melibatkan interaksi yang kompleks dari berbagai faktor. Namun demikian, faktor yang paling signifikan adalah tekanan sosial yang dirasakan oleh wanita muda yang menyebabkan mereka mendasarkan self – worth pada penampilan fisik, terutama berat badan.
1. Faktor Sosial.
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan.. Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk anoreksia nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan pasien-pasien anoreksia nervosa mempunyai masalah yang berhubungan dengan keluarga dan penyakit mereka. Pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga yang depresi, ketergantungan alkohol, atau gangguan makan. Tetapi, faktor sosial memegang peran penting dimana penderita ingin menjadi kurus karena kegemukan, dianggap tidak menarik, tidak sehat, dan tidak diinginkan.
2. Faktor Psikologis dan Psikodinamis.
Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
3. Faktor Psikologis dan Psikodinamis.
Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
4. Faktor Sosiokultural
Tekanan untuk mencapai stabdar kurus yang tidak realisitis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri (Stice, 2001).
5. Faktor Psikososial
Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan usaha – usaha yang maladaptif dengan melaparkan diri dan memuntahkan untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan.
6. Faktor Keluarga
Gangguan makan, anoreksia nervosa sering jali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997). Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah.
Penderita anorexia memiliki citra tubuh yang menyimpang, yang merasa bahwa mereka akan kelihatan lebih baik bahkan bila mereka menjadi kurus kering. Penderita beranggapan bahwa kulit dan daging tubuhnya sebagai lemak yang harus dilenyapkan. Dengan tidak adanya lemak di tubuh penderita, menyebabkan kegiatan duduk dan berbaring merupakan kegiatan yang tidak nyaman (karena terlalu kurus).Tanda- tanda penderita anorexia :
a. Menolak mempertahankan berat badan normal dan cenderung untuk ingin lebih kurus
b. Selalu ketakutan akna berat badan akan bertambah padahal kenyataannya berat badan mereka turun terus.
c. Berhenti menstruasi 3 bulan berturut-turut padahal tidak hamil
d. Penderita sering mengeluh pusing
e. Penderita anorexia sering mengalami tekanan darah rendah
f. Mereka sering merasa kedinginan (karena hilangnya lemak tubuh.
g. susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak adanya makanan yang cukup).
h. Terjadi pembengkakan sendi.
i. Penderita sulit tidur.
j. Selanjutnya penderita akan menari diri dari teman, dan keluarganya dan memilih untuk menyendiri.
Penyakit ini dapat bolak balik membaik kemudian memburuk, tatpi bisa juga semakin memburuk tanpa ada perbaikan sama sekali. Baahkan dapat menmbulkan kematian.
B. ANOREKSIA NERVOSA PADA REMAJA
Anoreksia nervosa merupakan gangguan jiwa khas remaja dibawah usia 25 tahun, terutama menimpa perempuan selama masa remaja dan hanya sekitar 5 persen penderita anoreksia laki-laki remaja. Kabanyakan remaja yang menderita gangguan ini adalah remaja dari keluarga-keluarga berpendidikan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas. Anoreksia nervosa, pada hakikatnya adalah suatu jenis gangguan obsesi-kompulsi (pikiran atau keyakinan yang sangat kuat tentang suatu hal yang diikuti dengan kecenderungan untuk terus menerus melakukan hal tersebut) yang khas, yaitu penderita remaja mempunyai obsesi ingin langsing tetapi obsesinya ini sangat ekstrem, sehingga penderita menolak makan, dan menggelitik kerongkongannya sendiri agar agar muntah. Remaja yang menderita gangguan makan ini melibatkan upaya kerasa untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Akibatnya, badannya makin lama makin kurus dan bisa diakhiri dengan kematian. Walaupun penderita anoreksia menghindar dari makan, mereka memiliki minat besar pada makanan:
1. mereka memasak untuk orang lain
2. mereka berbicara soal makanan
3. mereka berkeras untuk menonton orang lain makan.
Para remaja yang menderita anoreksia memiliki citra tubuh yang menyimpang, yang merasa bahwa mereka akan kelihatan lebih baik jika menjadi kurus kering. Ketika upaya melaparkan diri berlanjut dan kandungan lemak tubuh menurun kesuatu batas minimum, maka menstruasi pada remaja akan berhenti.
Biasanya remaja yang menderita anorexia memang sudah mempunyai riwayat sulit makan. Akan tetapi anoreksia nervosanya itu sendiri lebih disebabkan oleh kegagalan remaja (penderita) untuk memenuhi tuntutan sosialnya atau adanya gangguan dalam hubungan dengan anggota keluarga, dan sebagainya. Ini mendorong remaja sampai kepada konsep diri yang keliru tentang keadaan fisiknya.
Terdapat pula faktor-faktor penyebab anoreksia nervosa pada remaja:
1. Faktor sosial
Faktor yang paling sering mendorong remaja melaparkan diri ialah tren tubuh kurus yang digemari akhir-akhir ini. Karena remaja lebih mudah terpengaruh oleh tren-tren terkini.
2. Faktor psikologis
Meliputi motivasi untuk menarik perhatian, keinginan akan individualitas, penolakan seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang tua (penderita terkadang memiliki keluarga yang memberi tuntutan yang tinggi bagi mereka untuk berprestasi).
3. Faktor fisiologis
Berfokus pada hipotalamus, yang menjadi abnormal dalam banyak hal ketika remaja menjadi penderita anoreksia.
Perbedaan antara anorexia nervosa dengan tubuh yang kurus akibat keturunan, kurang gizi, atau penyakit adalah bahwa pada kekurusan tubuh yang lain tidak terdapat obsesi untuk menjadi kurus (remaja yang lain malah ingin gemuk), tidak terdapat kompulsi (tingkah laku berulang-ulang) menolak makan dan membuat diri sendiri muntah dan tidak terdapat gangguan fisik.
KASUS
KASUS I
Saya Sari mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Usia saya 19 tahun, saya bingung dengan kebiasaan yang saya lakukan tiga tahun belakangan ini. Sejak saya usia 17 tahun saya merasa badan saya terlalu gemuk dan makan terlalu banyak. Pada mulanya saya mengikuti kontes "ratu-ratuan" di kampus, pada saat itu saya tidak masuk nominasi. Teman-teman mengatakan bahwa saya terlalu gemuk untuk menang, biarpun wajah dan postur tubuh saya cukup mendukung. Semenjak itu kebiasaan makan saya berubah. Saya makan sedikit sekali untuk mencapai berat badan ideal, bahkan sesekali saya tidak makan sama sekali seharian. Kebiasaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Teman-teman mengatakan bahwa saya sudah kurus, tetapi tetap saja saya tidak yakin dan masih terus mengurangi makan.
Selama ini keadaan saya terlihat baik-baik saja, tidak seorangpun mengetahui ketakutan saya akan kegemukan. Orang tua saya tidak mengetahui, karena selama kuliah saya kost, dan pulang ke rumah seminggu sekali. Kekhawatiran saya mulai timbul setelah selama dua bulan ini saya tidak datang bulan, padahal saya masih sendiri. Selain itu badan saya terasa sangat lemas dan sudah beberapa hari tidak bisa buang air besar. Padahal sebelumnya bila tidak bisa buang air, saya biasa memakan obat pencahar agar bisa buang air besar. Tetapi sekarang biar sudah memakan obat pencahar tetap saja sulit.
Saya ingin menanyakan sebenarnya saya ini kenapa, dan bagaimana mengatasinya. Saya berusaha meyakinkan diri bahwa saya sehat, tetapi terasa ada yang salah dengan diri saya. Saya sering mendapat saran dari teman untuk tidak menurunkan berat badan lagi karena sudah sangat kurus. Tetapi setiap kali saya makan, saya berfikir saya akan gemuk dan itu sangat menakutkan bagi saya.
KASUS II
Jane berusia 15 tahun secara berangsur-angsur mengurangi makanan dari diet yang dilakukannya hingga ke titik di mana ia hidup hanya dengan saus apel dan eggnog (minuman telur kopyok). Ia menghabiskan waktu berjam-jam mengamati tubuhnya sendiri, membelitkan jari-jarinya keseputar pinggangnya untuk melihat apakah ia semakin kurus. Ia berkhayal menjadi seorang foto model yang cantik yang akan mengenakan pakaian renang perancang. Bahkan ketika berat badannya telah mencapai 85 pon (38,5 kilogram), Jane masih merasa gemuk. Ia terus menurunkan berat badan, pada akhirnya menyengsarakan tubuhnya sendiri. Ia dibawa kerumah sakit dan dirawat karena anoreksia nervosa.
PEMBAHASAN
Gangguan kecemasan merupakan sebuah penyakit mental yang serius yang ditandai dengan perasaan cemas yang besar dan berlebihan. Seperti, perasaan ketakutan berlebihan, jantung berdebar lebih keras, nafas tersenggal, berkeringat, tarikan nafas pendek, mudah merasa pusing, dan perasaan tidak tenang. Gangguankecemasan ini merupakan salah satu penyebab dari timbulnya masalah yang sepertinya tidak rasional untuk dilakukan.
Pada kasus pertama, seorang mahasiswi yang pernah mengikuti “kontes keratuan” merasa bingung akan kejadian yang menimpanya belakangan. Sejak ia mendengar perkataan temannya jika ia tidak lolos dari kontes ratu-ratu dikarenakan ia terlalu gemuk untuk kontes tersebut. Maka ia dengan seketika merubah kebiasaan makannya menjadi sangat sedikit. Dia takut dan merasa cemas akan berat badan yang terus naik. Yang dialami oleh Mahasiswi ini bisa jadi bahwa ia terkena Anoreksia Nervosa. Anoreksia Nervosa berarti tidak memiliki hasrat untuk makanan. Jadi bisa kemungkinan bahwa mahasiswi tersebut tidak memiliki hasrat untuk makan karena ia cemas jika berat badannya bertambah. Ada kemungkinan jika perkataan teman-temannya mempengaruhi sikapnya tersebut. Factor-faktornya bisa karena :
1. Faktor Psikososial
Dimana individu sering kali merasa kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya (Shafran & Mansell, 2001). Jadi berusaha bersikap perfeksionis dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi (Halmi dkk, 2000). Jadi Mahasiswi tersebut merasa bahwa dia belum cukup prefeksionis dengan apa yang ia miliki dengan bentuk tubuhnya.
2. Faktor Sosial Kultural
Teoritikus sosiokultural menitik beratkan pada tekanan sosial dan harapan dari masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan gangguan makan (Bempoard, 1996; Stice, 1994). Jadi bisa memungkinkan jika mahasiswi tersebut tidak ada hasrat untuk makan dikarenakan tekanan sosial yang dialami. Seperti cerita pada kasus tersebut, jika ia mulai berubah sejak teman-temannya berkata bahwa ia tidka lolos kontes karena terlalu gemuk.
3. Faktor Psikologis dan psikodinamis
Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Jadi Mahasiswi tersebut secara tersirat jika ia bekeinginan untuk mendapat pengakuan jika ia juga tidak gemuk dan layak untuk ikut kontes.
Sedangkan pada kasus ke dua ditemui hal serupa. Seorang gadis yang masih belia, Jane, dinyatakan oleh dokter mengidap penyakit Anoreksia setelah ia melakukan pengurangan jatah makan hingga berkurang menjadi 85 pon. Dan akhirnya Jane dirawat di rumah sakit. Obsesinya menjadi seorang model, bahkan menjadi sorang model pakaian renang dari seorang perancang. Kasus jane ini hampir mirip dengan kasus yang dialami oleh mahasiswi dari PTN swasta di Jakarta. Hanya saja ia tidak dikarenakan dari perkataan orang-orang sekitar, tetapi dikarenakan oleh standar perfeksionis.
1. Faktor Psikososial
Dimana individu sering kali merasa kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya (Shafran & Mansell, 2001). Jadi berusaha bersikap perfeksionis dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi (Halmi dkk, 2000). Jadi gadis tersebut mencoba untuk berpenampilan menarik dengan menjadi kurus. Sehingga ia bisa menjadi model dari perancang baju renang.
2. Faktor Psikologis dan psikodinamis
Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Jadi Jane ingin terlihat unik dan menarik dengan penampilan yang kurus, yang danggapnya sebagai bentuk yang ideal.
Gangguan makan bisa muncul semenjak remaja dan masalah gangguan tersebut kebanyakan terjadi pada saat remaja dibandingkan dewasa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Anorexia nervosa, suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Anoreksia nervosa merupakan gangguan jiwa khas remaja dibawah usia 25 tahun, terutama menimpa perempuan selama masa remaja dan hanya sekitar 5 persen penderita anoreksia laki-laki remaja. Kabanyakan remaja yang menderita gangguan ini adalah remaja dari keluarga-keluarga berpendidikan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas.
Tanda- tanda penderita anorexia, menolak mempertahankan berat badan normal dan cenderung untuk ingin lebih kurus, selalu ketakutan akna berat badan akan bertambah padahal kenyataannya berat badan mereka turun terus, berhenti menstruasi 3 bulan berturut-turut padahal tidak hamil, penderita sering mengeluh pusing , penderita anorexia sering mengalami tekanan darah rendah, mereka sering merasa kedinginan (karena hilangnya lemak tubuh., susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak adanya makanan yang cukup), terjadi pembengkakan sendi., penderita sulit tidur., selanjutnya penderita akan menari diri dari teman, dan keluarganya dan memilih untuk menyendiri. Banyak Factor-faktor penyebab anorexia, Faktor sosial, psikososial, psikologis, dan fisiologis.
Pada kasus pertama mahasiswi, positif mengudap anorexia nervosa dikarenakan dia terobsesi memiliki tubuh yang ideal padahal dia sudah memiliki tubuh yang propsional. Untuk kasus yang kedua, Jane, dinyatakan oleh dokter mengidap penyakit anorexia nervosa dan butuh perawatan karena dia selalu mengininkan tubuh yang kecil dan cemas jika berat badannya naik, sehingga dia secara terus-menerus mengurangi asupan makanannya.
Untuk penanganan anorexia, dilakukan suatu rencana pengobatan yang menyeluruh, termasuk perawatan di rumah sakit jika diperlukan dan terapi individual serta keluarga adalah dianjurkan. Gabungan psikoterapi individu dan keluarga. Menggunakan pendekatan terapi kognitif yang difokuskan pada pasien yang terobsesi menjadi kurus, kepercayaan diri yang rendah, dan dichotomous thinking, seperti gendut lawan kurus, benar lawan salah, otonomi lawan independent, Farmakoterapi, banyak diberikan oleh physician jika pasien telah mengalami perbaikan setelah 6 bulan, setelah pasien di rawat.
Para peneliti di Belanda meneliti DNA 145 pasien anoreksia. Mereka menemukan bahwa 11 % dari mereka mengalami mutasi genetik. Para ahli menemukan bukti bahwa anoreksia mungkin memiliki komponen genetik. Namun mutasi gen juga bisa berlaku untuk mendapatkan kelainan anoreksia ini, namun para ahli hanya memperkirakan terjadi sekitar 1 diantara 200.
Dikutip dari GeniusBeauty, Jumat (13/8/2010) berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh peneliti dari Robert Koch Institute di tahun 2008 mengungkapkan bahwa setiap lima dari warga negara di Eropa yang berusia 11-17 tahun menunjukkan beberapa gejala gangguan makan. Hal ini menunjukkan sekitar 15 persen dari jumlah anak laki-laki atau laki-laki dewasa muda juga memiliki gejala tersebut. Sehingga penderita gangguan ini tidak hanya dari kalangan wanita saja.
Tujuan dari tulisan ini dibuat selain untuk memenuhi tugas psikologi abnormal juga bisa memberikan kita pengetahuan yang lebih mendalam dari segala sesuatunya tentang Anorexia Nervosa sehingga bisa memberikan manfaat dan berguna untuk orang yang membacanya.
KAJIAN TEORI
A. ANOREKSIA NERVOSA
Anorexia adalah penyakit yang masih sulit dimengerti. Sebagian menyebutkan bahwa anorexia terjadi akibat tidak bekerjanya fungsi hypothalamus di bagian otak yang mengatur selera makan, keinginan untuk makan, gairah seksual, dan menstruasi. Anoreksia adalah penyakit yang hingga hari ini sulit dimengerti dan masih jadi teka-teki bagi para pakar kesehatan. Sebagian menyebutkan bahwa anoreksia disebabkan tidak berfungsinya kelenjar hypothalamus di bagian otak, yang bertugas mengatur selera, keinginan untuk makan, gairah seksual dan menstruasi. Anorexia nervousa, suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri.
Penderita merasa tidak menarik, dengan postur tubuh yang dirasa terlalu gemuk. Oleh karena itu penderita anorexia akan makan dalam jumlah yang sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjaga berat badan. Bahkan mereka merasa berdosa jika mengkonsumsi makanan. Mereka memilliki kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan makanan di piringnya, memotong –motong menjadi bagan kecil-kecil, mengunyah lambat-lambat, dan mnghindari makan bersama keluarga.
Seperti gangguan psikologis lainnya, anorexia melibatkan interaksi yang kompleks dari berbagai faktor. Namun demikian, faktor yang paling signifikan adalah tekanan sosial yang dirasakan oleh wanita muda yang menyebabkan mereka mendasarkan self – worth pada penampilan fisik, terutama berat badan.
1. Faktor Sosial.
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan.. Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk anoreksia nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan pasien-pasien anoreksia nervosa mempunyai masalah yang berhubungan dengan keluarga dan penyakit mereka. Pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga yang depresi, ketergantungan alkohol, atau gangguan makan. Tetapi, faktor sosial memegang peran penting dimana penderita ingin menjadi kurus karena kegemukan, dianggap tidak menarik, tidak sehat, dan tidak diinginkan.
2. Faktor Psikologis dan Psikodinamis.
Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
3. Faktor Psikologis dan Psikodinamis.
Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
4. Faktor Sosiokultural
Tekanan untuk mencapai stabdar kurus yang tidak realisitis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri (Stice, 2001).
5. Faktor Psikososial
Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan usaha – usaha yang maladaptif dengan melaparkan diri dan memuntahkan untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan.
6. Faktor Keluarga
Gangguan makan, anoreksia nervosa sering jali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997). Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah.
Penderita anorexia memiliki citra tubuh yang menyimpang, yang merasa bahwa mereka akan kelihatan lebih baik bahkan bila mereka menjadi kurus kering. Penderita beranggapan bahwa kulit dan daging tubuhnya sebagai lemak yang harus dilenyapkan. Dengan tidak adanya lemak di tubuh penderita, menyebabkan kegiatan duduk dan berbaring merupakan kegiatan yang tidak nyaman (karena terlalu kurus).Tanda- tanda penderita anorexia :
a. Menolak mempertahankan berat badan normal dan cenderung untuk ingin lebih kurus
b. Selalu ketakutan akna berat badan akan bertambah padahal kenyataannya berat badan mereka turun terus.
c. Berhenti menstruasi 3 bulan berturut-turut padahal tidak hamil
d. Penderita sering mengeluh pusing
e. Penderita anorexia sering mengalami tekanan darah rendah
f. Mereka sering merasa kedinginan (karena hilangnya lemak tubuh.
g. susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak adanya makanan yang cukup).
h. Terjadi pembengkakan sendi.
i. Penderita sulit tidur.
j. Selanjutnya penderita akan menari diri dari teman, dan keluarganya dan memilih untuk menyendiri.
Penyakit ini dapat bolak balik membaik kemudian memburuk, tatpi bisa juga semakin memburuk tanpa ada perbaikan sama sekali. Baahkan dapat menmbulkan kematian.
B. ANOREKSIA NERVOSA PADA REMAJA
Anoreksia nervosa merupakan gangguan jiwa khas remaja dibawah usia 25 tahun, terutama menimpa perempuan selama masa remaja dan hanya sekitar 5 persen penderita anoreksia laki-laki remaja. Kabanyakan remaja yang menderita gangguan ini adalah remaja dari keluarga-keluarga berpendidikan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas. Anoreksia nervosa, pada hakikatnya adalah suatu jenis gangguan obsesi-kompulsi (pikiran atau keyakinan yang sangat kuat tentang suatu hal yang diikuti dengan kecenderungan untuk terus menerus melakukan hal tersebut) yang khas, yaitu penderita remaja mempunyai obsesi ingin langsing tetapi obsesinya ini sangat ekstrem, sehingga penderita menolak makan, dan menggelitik kerongkongannya sendiri agar agar muntah. Remaja yang menderita gangguan makan ini melibatkan upaya kerasa untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Akibatnya, badannya makin lama makin kurus dan bisa diakhiri dengan kematian. Walaupun penderita anoreksia menghindar dari makan, mereka memiliki minat besar pada makanan:
1. mereka memasak untuk orang lain
2. mereka berbicara soal makanan
3. mereka berkeras untuk menonton orang lain makan.
Para remaja yang menderita anoreksia memiliki citra tubuh yang menyimpang, yang merasa bahwa mereka akan kelihatan lebih baik jika menjadi kurus kering. Ketika upaya melaparkan diri berlanjut dan kandungan lemak tubuh menurun kesuatu batas minimum, maka menstruasi pada remaja akan berhenti.
Biasanya remaja yang menderita anorexia memang sudah mempunyai riwayat sulit makan. Akan tetapi anoreksia nervosanya itu sendiri lebih disebabkan oleh kegagalan remaja (penderita) untuk memenuhi tuntutan sosialnya atau adanya gangguan dalam hubungan dengan anggota keluarga, dan sebagainya. Ini mendorong remaja sampai kepada konsep diri yang keliru tentang keadaan fisiknya.
Terdapat pula faktor-faktor penyebab anoreksia nervosa pada remaja:
1. Faktor sosial
Faktor yang paling sering mendorong remaja melaparkan diri ialah tren tubuh kurus yang digemari akhir-akhir ini. Karena remaja lebih mudah terpengaruh oleh tren-tren terkini.
2. Faktor psikologis
Meliputi motivasi untuk menarik perhatian, keinginan akan individualitas, penolakan seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang tua (penderita terkadang memiliki keluarga yang memberi tuntutan yang tinggi bagi mereka untuk berprestasi).
3. Faktor fisiologis
Berfokus pada hipotalamus, yang menjadi abnormal dalam banyak hal ketika remaja menjadi penderita anoreksia.
Perbedaan antara anorexia nervosa dengan tubuh yang kurus akibat keturunan, kurang gizi, atau penyakit adalah bahwa pada kekurusan tubuh yang lain tidak terdapat obsesi untuk menjadi kurus (remaja yang lain malah ingin gemuk), tidak terdapat kompulsi (tingkah laku berulang-ulang) menolak makan dan membuat diri sendiri muntah dan tidak terdapat gangguan fisik.
KASUS
KASUS I
Saya Sari mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Usia saya 19 tahun, saya bingung dengan kebiasaan yang saya lakukan tiga tahun belakangan ini. Sejak saya usia 17 tahun saya merasa badan saya terlalu gemuk dan makan terlalu banyak. Pada mulanya saya mengikuti kontes "ratu-ratuan" di kampus, pada saat itu saya tidak masuk nominasi. Teman-teman mengatakan bahwa saya terlalu gemuk untuk menang, biarpun wajah dan postur tubuh saya cukup mendukung. Semenjak itu kebiasaan makan saya berubah. Saya makan sedikit sekali untuk mencapai berat badan ideal, bahkan sesekali saya tidak makan sama sekali seharian. Kebiasaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Teman-teman mengatakan bahwa saya sudah kurus, tetapi tetap saja saya tidak yakin dan masih terus mengurangi makan.
Selama ini keadaan saya terlihat baik-baik saja, tidak seorangpun mengetahui ketakutan saya akan kegemukan. Orang tua saya tidak mengetahui, karena selama kuliah saya kost, dan pulang ke rumah seminggu sekali. Kekhawatiran saya mulai timbul setelah selama dua bulan ini saya tidak datang bulan, padahal saya masih sendiri. Selain itu badan saya terasa sangat lemas dan sudah beberapa hari tidak bisa buang air besar. Padahal sebelumnya bila tidak bisa buang air, saya biasa memakan obat pencahar agar bisa buang air besar. Tetapi sekarang biar sudah memakan obat pencahar tetap saja sulit.
Saya ingin menanyakan sebenarnya saya ini kenapa, dan bagaimana mengatasinya. Saya berusaha meyakinkan diri bahwa saya sehat, tetapi terasa ada yang salah dengan diri saya. Saya sering mendapat saran dari teman untuk tidak menurunkan berat badan lagi karena sudah sangat kurus. Tetapi setiap kali saya makan, saya berfikir saya akan gemuk dan itu sangat menakutkan bagi saya.
KASUS II
Jane berusia 15 tahun secara berangsur-angsur mengurangi makanan dari diet yang dilakukannya hingga ke titik di mana ia hidup hanya dengan saus apel dan eggnog (minuman telur kopyok). Ia menghabiskan waktu berjam-jam mengamati tubuhnya sendiri, membelitkan jari-jarinya keseputar pinggangnya untuk melihat apakah ia semakin kurus. Ia berkhayal menjadi seorang foto model yang cantik yang akan mengenakan pakaian renang perancang. Bahkan ketika berat badannya telah mencapai 85 pon (38,5 kilogram), Jane masih merasa gemuk. Ia terus menurunkan berat badan, pada akhirnya menyengsarakan tubuhnya sendiri. Ia dibawa kerumah sakit dan dirawat karena anoreksia nervosa.
PEMBAHASAN
Gangguan kecemasan merupakan sebuah penyakit mental yang serius yang ditandai dengan perasaan cemas yang besar dan berlebihan. Seperti, perasaan ketakutan berlebihan, jantung berdebar lebih keras, nafas tersenggal, berkeringat, tarikan nafas pendek, mudah merasa pusing, dan perasaan tidak tenang. Gangguankecemasan ini merupakan salah satu penyebab dari timbulnya masalah yang sepertinya tidak rasional untuk dilakukan.
Pada kasus pertama, seorang mahasiswi yang pernah mengikuti “kontes keratuan” merasa bingung akan kejadian yang menimpanya belakangan. Sejak ia mendengar perkataan temannya jika ia tidak lolos dari kontes ratu-ratu dikarenakan ia terlalu gemuk untuk kontes tersebut. Maka ia dengan seketika merubah kebiasaan makannya menjadi sangat sedikit. Dia takut dan merasa cemas akan berat badan yang terus naik. Yang dialami oleh Mahasiswi ini bisa jadi bahwa ia terkena Anoreksia Nervosa. Anoreksia Nervosa berarti tidak memiliki hasrat untuk makanan. Jadi bisa kemungkinan bahwa mahasiswi tersebut tidak memiliki hasrat untuk makan karena ia cemas jika berat badannya bertambah. Ada kemungkinan jika perkataan teman-temannya mempengaruhi sikapnya tersebut. Factor-faktornya bisa karena :
1. Faktor Psikososial
Dimana individu sering kali merasa kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya (Shafran & Mansell, 2001). Jadi berusaha bersikap perfeksionis dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi (Halmi dkk, 2000). Jadi Mahasiswi tersebut merasa bahwa dia belum cukup prefeksionis dengan apa yang ia miliki dengan bentuk tubuhnya.
2. Faktor Sosial Kultural
Teoritikus sosiokultural menitik beratkan pada tekanan sosial dan harapan dari masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan gangguan makan (Bempoard, 1996; Stice, 1994). Jadi bisa memungkinkan jika mahasiswi tersebut tidak ada hasrat untuk makan dikarenakan tekanan sosial yang dialami. Seperti cerita pada kasus tersebut, jika ia mulai berubah sejak teman-temannya berkata bahwa ia tidka lolos kontes karena terlalu gemuk.
3. Faktor Psikologis dan psikodinamis
Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Jadi Mahasiswi tersebut secara tersirat jika ia bekeinginan untuk mendapat pengakuan jika ia juga tidak gemuk dan layak untuk ikut kontes.
Sedangkan pada kasus ke dua ditemui hal serupa. Seorang gadis yang masih belia, Jane, dinyatakan oleh dokter mengidap penyakit Anoreksia setelah ia melakukan pengurangan jatah makan hingga berkurang menjadi 85 pon. Dan akhirnya Jane dirawat di rumah sakit. Obsesinya menjadi seorang model, bahkan menjadi sorang model pakaian renang dari seorang perancang. Kasus jane ini hampir mirip dengan kasus yang dialami oleh mahasiswi dari PTN swasta di Jakarta. Hanya saja ia tidak dikarenakan dari perkataan orang-orang sekitar, tetapi dikarenakan oleh standar perfeksionis.
1. Faktor Psikososial
Dimana individu sering kali merasa kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya (Shafran & Mansell, 2001). Jadi berusaha bersikap perfeksionis dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi (Halmi dkk, 2000). Jadi gadis tersebut mencoba untuk berpenampilan menarik dengan menjadi kurus. Sehingga ia bisa menjadi model dari perancang baju renang.
2. Faktor Psikologis dan psikodinamis
Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Jadi Jane ingin terlihat unik dan menarik dengan penampilan yang kurus, yang danggapnya sebagai bentuk yang ideal.
Gangguan makan bisa muncul semenjak remaja dan masalah gangguan tersebut kebanyakan terjadi pada saat remaja dibandingkan dewasa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Anorexia nervosa, suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Anoreksia nervosa merupakan gangguan jiwa khas remaja dibawah usia 25 tahun, terutama menimpa perempuan selama masa remaja dan hanya sekitar 5 persen penderita anoreksia laki-laki remaja. Kabanyakan remaja yang menderita gangguan ini adalah remaja dari keluarga-keluarga berpendidikan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas.
Tanda- tanda penderita anorexia, menolak mempertahankan berat badan normal dan cenderung untuk ingin lebih kurus, selalu ketakutan akna berat badan akan bertambah padahal kenyataannya berat badan mereka turun terus, berhenti menstruasi 3 bulan berturut-turut padahal tidak hamil, penderita sering mengeluh pusing , penderita anorexia sering mengalami tekanan darah rendah, mereka sering merasa kedinginan (karena hilangnya lemak tubuh., susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak adanya makanan yang cukup), terjadi pembengkakan sendi., penderita sulit tidur., selanjutnya penderita akan menari diri dari teman, dan keluarganya dan memilih untuk menyendiri. Banyak Factor-faktor penyebab anorexia, Faktor sosial, psikososial, psikologis, dan fisiologis.
Pada kasus pertama mahasiswi, positif mengudap anorexia nervosa dikarenakan dia terobsesi memiliki tubuh yang ideal padahal dia sudah memiliki tubuh yang propsional. Untuk kasus yang kedua, Jane, dinyatakan oleh dokter mengidap penyakit anorexia nervosa dan butuh perawatan karena dia selalu mengininkan tubuh yang kecil dan cemas jika berat badannya naik, sehingga dia secara terus-menerus mengurangi asupan makanannya.
Untuk penanganan anorexia, dilakukan suatu rencana pengobatan yang menyeluruh, termasuk perawatan di rumah sakit jika diperlukan dan terapi individual serta keluarga adalah dianjurkan. Gabungan psikoterapi individu dan keluarga. Menggunakan pendekatan terapi kognitif yang difokuskan pada pasien yang terobsesi menjadi kurus, kepercayaan diri yang rendah, dan dichotomous thinking, seperti gendut lawan kurus, benar lawan salah, otonomi lawan independent, Farmakoterapi, banyak diberikan oleh physician jika pasien telah mengalami perbaikan setelah 6 bulan, setelah pasien di rawat.
DAFTAR PUSTAKA
- Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, Ann M. 2000. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Permata. (Jum’at,30-09-2011)
- Santrock, John.W.2002.Life Span Development jilid II.Jakarta.Erlangga (Jum’at,30-09-2011)
- Sarwono, S.W.2002.Psikologi Remaja.Depok: Rajawali Pers (Kamis,29-09-2011)
- M. Ninik Handayani 10 Mar, 2010 http://keluargacemara.com/kesehatan/anoreksia-pada-remaja-putri.html (Selasa,27-09-2011)
- yanoear_46.blogspot.com diunduh 27 september 2011
- http://yumizone.wordpress.com/2009/07/22/anoreksia-nervosa/ (Rabu,28-09-2011)
- http://www.medicalera.com/arsip.php?thread=1665 (Rabu,28-09-2011)
- http://kupukupudanpelangi.blogspot.com/2011/07/anoreksia-tubuh-kurus.html (Selasa,27-09-2011)
- http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel.asp (Jum’at,30-09-2011)
- www.kaskus.com (Rabu,28-09-2011)
0 komentar:
Posting Komentar