BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses perkembangan Islam di Indonesia melalui berbagai cara, diantaranya melaui pendekatan budaya yang ada di berbagai daerah di seluruh indonesia. Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Aspek akulturasi budaya local dengan Islam tersebut juga dapat dilihat dalam budaya Sunda.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis merumuskan dan membatasi masalah menjadi :
- Mengenal budaya Sunda.
- Pengaruh islam terhadap budaya Sunda.
1.3. Tujuan
Dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh islam terhadap budaya Sunda.
1.4. Metode Penulisan
Dalam metode penulisan makalah ini penulis membaca buku – buku yang berkaitan dengan Islam dan budaya Sunda dan beberapa artikel yang kami dapat dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Mengenal Budaya Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau jawa yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Di provinsi ini hampir terdapat barbagai suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku Sunda menempati prosentase 65% sebagai penduduk asli dari berbagai suku yang ada di provinsi ini.
Berbagai pandangan mengatakan bahwa suku Sunda menganut beragam kepercayaan (agama) diantaranya : agama sunda wiwitan, dan agama mei kartawinata, yang sangat memegang teguh ajaran leluhurnya. Sepertihalnya mengagungkan Dewi Sri. Salah satu tradisi yang mencerminkan terhadap adanya kepercayaan dan penghormatan terhadap tokoh Dewi Sri, dapat dilihat dalam sikap dan perlakuan masyarakat agraris Jawa dan Sunda terhadap padi.
2.2. Pengaruh Islam Terhadap Budaya Sunda
Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya – budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya local dan Islam.
Aspek akulturasi budaya local dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Sunda adalah dalam bidang seni vokal yang disebut seni beluk. Dalam seni beluk sering dibacakan jenis cirita (wawacan) tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi dari si tokoh. Seringkali wawacan dari seni beluk ini berasal dari unsur budaya local pra-Islam kemudian dipadukan dengan unsur Islam seperti pada wawacan Ugin yang mengisahkan manusia yang memiliki kualitas kepribadian yang tinggi. Seni beluk kini biasa disajikan pada acara – acara selamatan atau tasyakuran, misalnya memperingati kelahiran bayi ke-4 hari (cukuran), upacara selamatan syukuran lainnnya seperti kehamilan ke-7 bulan (nujuh bulan atau tingkeban), khitanan, selesai panen padi (penghormatan terhadap tokoh Dewi Sri), dan peringatan hari – hari besar nasional.
Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada hal yang perlu diperjelas yaitu Islam sebagai realitas budaya yang disebut juga dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local). Seperti pergeseran budaya keagamaan yang ada di suku Sunda :
Jenis tradisi Wacana masa lalu Wacana masa sekarang
Munjung Nyuguh Ziarah
Bongkar bumi Kepercayaan terhadap leluhur Tasyakuran
Bongkar bumi Sesaji atau disebut juga nyuguh Memanjatkan do’a kepada Allah melalui tahlilan dan pengajian.
Dialog Islam dengan tradisi munjung dan bongkar bumi sebagaimana dianalisa dengan konsepsi Bassam Tibi, Pranowo dan Habsbawn, Nur Syam, menemukan relevansinya dengan antropolog lainnya yang menitikberatkan sisi akulturasi Islam dalam budaya lokal, yaitu Mark R. Woordward, Muhaimin, John Ryan Bartholomew. Mereka beranggapan bahwa Islam dan budaya lokal itu adalah sesuatu yang akulturatif sesuai dengan prosesnya masing – masing, sehingga antara Islam dan budaya lokal bukanlah sesuatu yang antonim tetapi kompatibel. Bukan dipahami secara radikal, akan tetapi dipahami adanya proses mengambil dan menerima, sehingga terjadilah Islam tersebut dengan agama yang bercorak khas, yaitu adaptif terhadap budaya lokal.
Berbeda dengan analisa para penganut teori akulturasi Islam dan budaya lokal, teori sinkretisme Islam dapat digunakan untuk melihat secara dekat tradisi munjung dan bongkar bumi di Leuwimunding. Sebagaimana para penganjurnya seperti Clifford Geertz, Neils Mulder, dan Erni Budiwanti yang meneliti Islam Watu Telu, bisa saja melahirkan asumsi bahwa ritual munjung dan bongkar bumi merupakan gambaran mengenai sinkretisme antara Islam dengan keyakinan lokal di Leuwimunding. Dengan lain ungkapan, ada proses pemaduan di antara dua atau lebih budaya (Islam, Hindu, Budha, dan Animisme) dalam ritual munjung dan bongkar bumi.
Masih banyak lagi tradisi – tradisi sunda yang telah di warnai oleh tradisi keislaman, yang belum tertulis dalam makalah ini.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan Islam di Indonesia memiliki corak yang khas, yaitu adaptif terhadap budaya lokal. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya local dan Islam. Aspek akulturasi budaya local dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Sunda.
Banyak sekali budaya lokal Sunda yang di warnai dengan corak ke-islaman, seperti tradisi Munjung yang pada awalnya di lakukan dengan cara yang biasa di sebut dengan “nyuguh” dan sekarang menjadi ziarah yang dilengkapi dengan tradisi ke-islaman. Bongkar Bumi yang dulunya adalah sebuah upacara sesaji (disebut juga dengan nyuguh), yang sekarang menjadi sebuah acara Memanjatkan do’a kepada Allah melalui tahlilan dan pengajian.
3.2. Kritik dan Saran
Penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://sundaislam.wordpress.com/2008/01/11/nuansa-islam-dalam-kesenian-sunda/ (update 11.45/09-09-2009).
http://fandi-04.blogspot.com/2008/12/akulturasi-islam-dan-budaya-indonesia.html (update 19.00/07-09-2009).
Lebba, Islam Dan Budaya Lokal (Yogyakarta: UIN, 2009).
Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LKiS, 2005).
Suyami, Serat Cariyos dalam Perbandingan (Yogyakarta: Kepel Press, 2001).
0 komentar:
Posting Komentar