TEORI GUJARAT
Diusung oleh Snouck Hurgronje; Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India (Gujarat, Malabar, Bengali).
Dalam bukunya L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mendasari teorinya tidak terlihatnya peran-peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam islam yang ada pada masa awal, yakni abad 12, atau 13 M. teori ini didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah Nusantara dengan daratan India.
Sebetulnya teori ini pertama kali dimunculkan oleh Pijnappel, seorang sarjana dari Leiden, tetapi lebih popular seteleh diulas oleh Snouck.
Tanah Persia sebagai tempat awal Islam masuk di Nusantara. Ini didasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat islam dengan penduduk Persia. Misalkan tentang peringatan 10 Muharam yang dijadikan sebagai hari wafatnya Husein, peringatan Tabut di Sumatrera Barat, yang berarti Keranda tuk memperingati Hasan dan Husein, begitu juga dengan adanya beberapa kata serapan yang diyakini berasal dari Iran, seperti jer dari je-er, kata jabar dari zabar. Dari teori ini Islam masuk ke Nusantara pada abad ke 13 M.
TEORI ARABIA
Teori Arabia; Islam yang masuk ke Indonesia datang langsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannyapun bukan abad 12 dan 13 M, melainkan pada awal abad ke 7 M. Artinya Islam masuk ke Indonesia pada awal abad pertama hijriyah (abad 1 H), bahkan pada masa khulafaurrassyidin memerintah.
ALASAN-ALASAN ABAD I H
Pertama:
Dalam kitab sejarah Cina, Chiu T’hang Shu, disebutkan, Cina pernah mendapat kunjungan diplomatic dari orang-orang Ta Shih, sebutan untuk orang Arab, pada tahun 651 M (31 H). Empat tahun kemudian dinasti yang sama juga kedatangan duta yang dikirim oleh Tan mi mo ni’. Tan mi mo ni’ adalah sebutan untuk Amirul Mukminin.
Pada pertengaha abad ke-7 sudah berdiri beberapa perkampungan muslim di Kanfu (Kanton).
Biasanya, para pengembara Arab ini tidak hanya berlayar sampai di Cina saja, tetapi juga terus mengembara sampai ke timur jauh, termasuk Indonesia. Beberapa catatan menyebutkan duta-duta muslim juga mengunjungi Zabaj atau Sribuza atau yang lebih kita kenal dengan Sriwijaya. Hal ini dapat diterima karena zaman ini adalah zaman keemasan Sriwijaya.
Alasan Kedua:
Dalam literature kuno Arab yang berjudul Aja’ib al Hind yang ditulis oleh Buzurg bin Syahriyar al Ramhurmuzi pada tahun 1000 M, menggambarkan bahwa perkampungan muslim sudah berdiri di wilayah Sriwijaya. Hubungan Sriwijaya dengan kekhalifahan Islam di Timur Tengah itu terus berlanjut sampai masa Umar bin Abdul Aziz berkuasa. Ibn Abd Al Rabbih dalam karyanya Al-Iqd al-Farid, yang dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII, menyebutkan ada proses korespondensi yang berlangsung antara raja Sriwijaya kala itu Sri Indravarman dengan khalifah yang terkenal adil (Umar bin Abdul Aziz) tersebut.
Berikut kutipannya.
“Dari Raja di Raja (Malik al Amlak) yang adalah keturunan seribu raja; yang istrinya juga cucu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang diwilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telaah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya tidak merupakan hadiah yang begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hokum-hukumnya.”
Alasan menerima teori ke-3
Diperkirakan hubungan diplomatic antara kedua pemimpin wilayah ini berlangsung pada tahun 100 H atau 718 M. Tidak diketahui apakah selanjutnya Sri Indravarman memeluk Islam atau tidak. Tetapi hubungan antara Sriwijaya dan pemerintahan Islam di Arab menjadi penanda babak baru Islam di Indonesia. Jika awalnya Islam masuk lewat hubungan ekonomi dan dagang, yang sudah mulai sejak Islam baru-baru muncul, pada awal abad I H,. Maka penghujung abad I H, dalam pengembangannya sudah lewat hubungan politik keagamaan. Dan pada kurun waktu ini pula Islam megawali kiprahnya memasuki kehidupan raja-raja dan kekuasaan di wilayah-wilayah Nusantara.
2 komentar:
izin nyimak... nambah wawasan disini. thanks dah share
@Amazingtutorokey, terima kasih kembali.
Posting Komentar