Perkembangan hadis merupakan fas-fase pembinaan hadis mulai dari Rosulullah masih hidup sampai terbukukannya hadis – hadis yang dapat disaksikan dewasa ini.
Bila pemushafan al-qur’an itu hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat yakni sekitar 15 tahun, tetapi hadis memerlukan waktu yang sangat panjang dan penuh dengan variasi yakni sekitar 3 abad lamanya.
Hal ini disebabkan oleh :
1. Dalam penyusunan la-qur’an rasulullah saw langsung membimbingnya tetapi tidak secara langsung dan terang-terangan Rasulullah saw dalam memberikan bembingn untuk pembukuan hadis.
2. penulisan kitab hadis dilaksanakan jauh setelah rasulullah saw wafat.
3. adanya kesulitan dala penulisan terhadap sabda, perbuatan, dan hal ihwal yang berkaitan dengan kronologi selama hayat beliau.
4. perhatian rasulullah saw banyak tercurah kepada al-qur’an yang bertujuan untuk menjaga kemurnian al-qur’an.
Beberapa periode perkembangan hadis menurut para ulama’
A. Dr. Muhammad Mustafa Al-A’zhamy
1. masa sebelum pendewaan hadis
yakni masa nabi Muhammad saw sampai akhir abad pertama hijry yang terbagi menjadi empat fase yakni ;
• pertama
pada masa ketika para sahabat aktif menerima dan menyampaikan hadis, pada masa ini ada sekitar 50 sahabat yang aktif.
• Kedua
Masa para tabi’in aktif menerima dan menyampaikan hadis, pada fase ini ada sekitar 48 tabi’in yang terhitung aktif.
• Ketiga
Tabi’it tabi’in menerima dan meriwayatkan hadis dari para tabi’in, yang terhitung aktif pada fase ini berjumlah sekitar 86.
• Keempat
Aktifnya para guru dan ulama’ mengajarkan hadis di madrasah-madrasah, yang terhitung aktif sekitar 256 prang.
2. masa pengajaran dan penyebaran hadis
periode ini dimulai sejak abad II hijiyah yakni sejak dikeluarkan perintah secara resmi oleh khalifah umar bin abdul aziz untuk membukukan hadis.
Periode ini terbagi menjadi tiga fase yakni;
• pertama
a. ahli hadis dalam menyusun hadis juga mengaitkan ayat-ayat al-qur’an, atsar-atsar sahabat dan tabi’in.
b. disemua kota besar yang masuk dalam daerah islam, ada ahli – ahli hadis yang terkenal.
• Kedua
a. Kitab – kitab hadis memuat hadis nabi saja.
b. Urutan hadis yang termaktub dakam kitab-kitab hadis ada yang berdasarkan topic dan ada yang berdasar pada sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut.
• Ketiga
Masa ini gencarnya mengenai pendewaan, pengajaran, dan pembahasan mengenai hadis berada pada puncaknya.
B. Dr. Muhammad Abdur Rauf
Terbagi atas lima macam
a. Marhalatus Sahifah
Penulisan hadis pada sahifah-sahifah (pelepah kurma, kulit kayu dan tulang-tulang binatang). Periode ini terjadi masa rasulullah yang secara umum melarang dan secara khusus memerintahkan.
b. Marhalatus Musonnef
Penuluisan kitab hadis berdasar dari permasalahan yang berkembang. Dimulai sejak rasulullah saw wafat sampai pertengahan abad II hijry, tetapi menurut maulana Muhammad ali masa ini sampai akhir abad I hijry.
c. Marhalatus sanad
Penulisan kitab berdasar urutan sanad, terjadi pada abad II hijry sejak perintah resmi keluar dari umar bin abdul aziz mengenai opendewaan hadis.
d. Marhalatus sahih
Tersusunnya hadis yang berkualitas sahih, dimulai sejak abad II hijry sanmpai pertengahan abad IV hijry.
e. Marhalatuttahliyat
Komentar dari kitab-kitab hadis yang sudah ada
C. Prof Dr. T.M. Hasbi As-Siddieqy
• Abad pertama Hijry
a. Periode pertama
Pada masa rosulullah atau ‘asrul wahyu wattakwin “masa turun wahyu dan pembentukan masyarkat islam”
b. Periode kedua
Masa sahabat besar (khulafa’urrasyidin) disebut juga masa “zaman tsabbuti waliqlali minarriwayah” yakni “zaman kehati-hatian dan penyederhanaan riwayat”.
c. Periode ketiga
Pada masa sahabat kecil dan tabi’in besar (dinasti amawiyah sampai akhir abad I hijry) “zaman intisyariwayatin ilal amsory” yang artinya “zaman penyebaran riwayah kekota-kota”.
• Abad kedua hijry
d. Periode keempat:
Masa pemerintahan amawiyah (dimulai dari zaman umar bin abdul aziz)
sampai akhir abad kedua hijri (menjelang akhir masa pemerintahan bani abbasiyah periode pertama)
disebut sebagai ‘asrulkitabati wattadwiini” masa penulisan dan kondifikasian / pendewanan hadis”
• Abad ketiga hijry
e. periode kelima
mulai awal sampai akhir abad tiga hijry “’asrul tajridi wattashihi wattankihi” masa pemurnian, penyehatan dan penyempurnaan.
• Abad keempat sampai pertengahan abad ke tujuh hijry
f. periode keenam
mulai abad keempat hijry sampai jatuhnya kota Baghdad (655 H )
disebut dengan ‘asruttahdibi wattartibi wal istidrakiki waljam’ artinya masa pemeliharaan, penertiban, penambahan dan himpunan.
• Abad pertengahan ketujuh hijry sampai sekarang
g. periode ketujuh
sejak jatuhnya kota bagdad sampai sekarang
disebut ‘ahdu syarhi wal jam’I wattakhriji walbahsu artinya masa pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan dan pembahsan.
Pada akhir abad 14 hijry ada kegiatan baru yang berkenaan pembinaan hadis yaitu peanfaatan hasil teknologi modern, berupa rintisan komputerisasi hadis, yang di pelopori oleh Dr. Muhammad Mustafa, namun belum meluas jadi tidak dikethui menyeluruh.
SANAD
1. Pengertian
menurut bahasa : sanad berarti sandaran yang dapat dipegangi atau dipercayai, ataupun kaki bukit atau kaki gunung.
Secara istilah sanad memiliki pengertian ; sanad hadis adalah jalan yang menyampaikan kita pada matan hadis. Sanad dalam kata lain juga disebut thariq atau wajih.
2. Pembagian – pembagian sanad
• awal sanad
• akhir sanad
• ausatus sanad (pertengahan) yakni sanad yang berada diantara awal sanad dan akhir sanad.
3. Istilah istilah dalam sanad
• musnid : orang yang menerangkan hadis dengan menyebutkan sanadnya
• musnad : hadis yang disebut dengan diterangkan seluruh sanadnya sampai kepada nabi Muhammad saw. Pengertian lain dari musnad adalah : kitab-kitab hadis yang dikoleksi oleh penyusunnya, hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahaby (umpama abu hurairah saja) pada bab tertentu yang kemudian diriwayatkan juga oleh shahaby lain dalam bab yang lain pula. Dan memiliki identitas masing-masing sesuai nama penyusunannya contoh : musnad imam ahmad dll
• isnad adalah menjelaskan jalan sanad hadis, atau menyandarkan hadis.
• Shighat sanad (lafadz-lafadz yang ada pada sanad), yang terdiri dari delapan martabat yakni
a. Martabat pertama
Contoh
Saya mendengar, kami telah mendengar ia telah menceritakan kepadaku, dll
b. Martabat kedua
Contoh;
Ia telah mengabarkan kepadaku, saya telah membaca kepadanya dll
c. Martabat ketiga
Contoh ;
Ia telah mengabarkan kepada kami, dibacakan kepadanya sedang saya mendengarkan dll
d. Martabat keempat
Contoh ;
Ia telah memberi tahu kepadaku, ia telah memberi tahu kepada kami dll
e. Martabat kelima
Contoh ;
Ia telah menyerahkan kepadaku
f. Martabat keenam
Contoh ;
Ia telah mengucapkan kepadaku
g. Martabat ke tujuh
Contoh ;
Ia telah menuliskan kepadaku
h. Martabat kedelapan
Contoh ;
Dan, dari pada, sesungguhnya, bahwa sanya, ia telah meriwayatkan, ia telah berkata. Dll.
MATAN
1. pengertian
Dari segi bahasa memiliki pengertian punggung jalan (muka jalan)atau tanah yang keras dan tinggi.
Menurut istialh matan memiliki pengertian materi berita baik yang berupa sabda, perbuatan ataupun taqrir nabi Muhammad saw, yang terletak sanad yang terakhir. Namun secara umum matan juga berupa perbincangan dari nabi Muhammad saw ataupun para sahabat dan tabi’in.
TAHRIJ
Ada istilah lain yang cukup urgen kaitannya mengenai ilmu hadis selain dari istilah sanad, matan dan rawi yakni istilah Istikhraj, Mukhtarij, Takhrij dan Mustajkhrij.
1. istikhraj
istikhraj juga dikenal dengan sebutan takhrij atau ikhraj yang memiliki pengertian pengambilan atau pengutiopan matan dari suatu kitab hadis tertentu (missal kitab sahih imam bukhari), kemudian kita mencari matan yang sama dari hadis lain dan sanadnya berbeda dengan sanad imam bukahari lalu ada titik temu antara sanadnya imam bukahri dan sanad dari hadis lain.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa istilah idtikhraj juga memiliki pengertian suatu penjelasan bahwa hadis tersebut juga berada dalam kitab hadis tertentu.
Selain itu istilah takhrij juga mengandung indikasi menerangkan keadaan periwayat, sanad dan derajat hadis yang terdapat dalam sebuah kitab yang diterangkan mengenai keadaan perasi, sanad dan derajatnya.
2. mustakhrij atau mustakhrij
yakni orang yang melakukan istikraj. Dan penghimpuna kitab dari mustakrij itu diberi nama sesuai dengan nama mustakhrijnya.
METODE PENELITIAN HADIS
Metode Penelitian kwalitas hadis terbagi menjadi tiga golongan yakni :
1. Penelitian yang focus pada sanad (termasuk perawi) saja, metode ini disebut metode isnad atau metode sanad.
2. Metode matan yakni focus penelitian tertuju pada matan (materi) saja.
3. Metode isnad dan matan yakni penelitiannya tidak hanya focus sanad tetapi juga meneliti matan hadis.
Obyek penelitian hadis terbatas dalam tingkatan hadis ahad saja, sementara tidak untuk hadis mutawattir karena tidak diragukan lagi keorisinilannya.
A. Penellitian isnad meliputi :
a. Sanadnya bersambung atau tidak
b. Kecacatan
c. Keadilan
d. Hafalan
e. Kejanggalan dari sanadnya
Ilmu ulumul hadis menurut Al-Hakim Abu Abdillah An-Naisabury berjumlah 52 macam, sementara menurut Ibnu Shalah ada 65 macam ilmu hadis.
Didalam ilmu hadis memberikan kesimpula mengenai kualitas hadis yakni:
1. Pada masa Imam Turmudzi dan sesudahnya terdapat tiga golongan yakni :
a. Hadis Sahih
b. Hadis Hasan
c. Hadis Da’if
2. Pendapat Imam Taqqiyun dan Ibnu Taymiyyah (sebelum masa Imam Turmudzi) terbagi menjadi :
a. Hadis Sahih
b. Hadis Hasan
Pada masa sebelum Turmudzi hadis dhaif terbagi dalam dua kategori yakni;
a. Hadis dhaif yang tidak dilarang melaksanakannya
b. Hadis dhaif yang wajib ditinggalkan
Sehingga dikalangan ulama’ hadis yakni masa Imam Bukhari, Imam Muslim dan empat mazhab belum mengenal istilah hadis hasan karena masih di kelompokkan pada pada kualitas dhaif. Dengan diadakannya penelitian kualitas hadis maka akan muncul berbagai macam tingkatan hadis yakni;
a. Menurut Imam Nawawi dan Imam Syuyuti terdapat 65 macam kualitas hadis
b. Al-Iraqi untuk hadis dha’if saja sudah terbagi menjadi 42 macam.
c. Bahkan menurut ulama’ lain disebutkan terbagi menjadi 129 macam
B. Metode penelitia matan yaitu dengan meneliti Tidak ada pertentangan dengan ;
a. Al-qur’an
b. Hadis muttawattir
c. Ijma’ ulama’
d. Logika yang sejahtera.
Matan yang sesuai dengan ketentuan diatas disebut sebagai hadis shahih sementara yang bertentangan dengannya disebut hadis dhaif bahkan maudu’.
• Menurut Dr. Mustafa As-Siba ‘iy menyebutkan ciri matan hadis yang maudu’ (palsu),
- Susunan gramatikalnya jelek
- Maknanya bertentangan dengan akal sejahtera
- Menyalahi al-qur’an
- Betentangan dengan sejarah.
- Sesuai dengan pendapat seseorang yang meriwayatkannya dengan keadaan sangat fanatic kepada mazhabnya.
- Berkaitan dengan periwayatan banyak orang tetapi di riwayatkan sendiri.
- Mengandung berita pahala besar untuk perkara yang kecil
- Ancama yang berat untuk perkara yang kecil.
C. Penelitaian berdasar metode penelitian sanad dan matan menghasilkan berbagai tingkatan kualitas yakni ;
1. HADIS SAHIH
• Pengertian
Bahasa sahih berarti : sehat, terbebas dari penyakit/aib, benar atau betul
Istilah : hadis yang besambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang-ornag yang adil dan dhabit serta tidak ada kejanggalan dan cacat didalamya. (menurut Imam Nawawi)
Syarat-syarat hadis sahih :
a. Sanandnya muttasil (bersambung)
Mulai dari muharrijnya sampai ke Nabi Muhammad saw tidak terputus. Hadis yang musnad sudahlah pasti muttasil dan tidak semua hadis muttasil pasti musnad karena hadis muttasil ada kalanya marfu’ dan ada kalanya tidak, sementara hadis musnad sudahlah pasti marfu’, dan ada kalanya muttasil dan tidak, maka hadis musnad pastilah muttasil.
b. Perawinya bersiat adil yakni ;
- Istiqamah dalam agama (islam)
- Berakhlak baik
- Tidak fasik (tidak melakukan dosa-dosa kecil apalagi dosa besar)
- Terpelihara muru’ahnya (kehormatan diri)
c. Perawinya bersifat dhabit
Dhabit adalah daya ingat dan hafalan yang sempurna. Dalam periwayatannya dia hafal dan memahami dengan baik serta mampu menyampaikannya.
Gabungan antara istilah dhabit dan adil biasa disebut tsiqah atau tsabat. Jadi orang yang tsiqah pastilah dhabit dan adil tapi orang yang dhabit atau adil belum tentu tsiqah.
d. Tidak ada kejanggalan (syudzudz)
Maksud dari syudzudz adalah adanya pertentangan dengan keadaan tsiqah dan kaidah – kaidah secara umum atau bertentangan dengan hadis yag lebih kuat.
e. Tidak ada ccat sama sekali
• Pembagian hadis sahih
I. Hadis sahih lidzatihi
Yakni hadis yang dengan keadaan dirinya sudah memenuhi sepenuhnya dari kelima syarat tersebut diatas.
II. Hadis sahih li-ghairihi
Hadis yang dengan keadaannya sendiri belum mampu mencapai tingkatan shahih, lalu ada dalil atau petunjuk lain yang menguatkannya maka ia terangkat menjadi hadis sahih, missal dua buah hadis yang semakna dan sama-sam berkualitas hasan li-dzatihi atau ada sebuah hadis hasan lidzatihi lalu ada ayat lain yang bersesuaian benar denga hadis tersebut maka derajatnya terangkat menjadi sahih lidzatihi. Contoh lain ada perawi yang adil tapi kedhabitannya masih dipertanyakan dan rawi lain pada sanad terseut bersifat tsiqah maka hadis tersebut berkualitas hadis hasan lidzatihi, kemudian ada hadis atau dalil lin yang menguatkannya maka ia naik menjadi hadis sahih lighairihi.
2. HADIS HASAN
• Pengertian
Tidak ada perbedaan antara hadis hasan dengan hadis sahih namun untuk perawi hadis hasan kurang sedikit dhait.
Istilah hadis hasan sudah dikenal sejak masa imam turmudzi bahka ia banyak menggunakan istilah hasan-sahih yang menurut para ulama’ hadis, hadis tersebut diragukan kualitasnya yakni ada yangmengatakan hadis sahih da nada yang mengatakan hadis hasan. Tetapi ada yang mengatakan pula bahwa kualitas hadis tersbut berada diantara hadis hasan dan hadis sahih.
• Macam-macam hadis hasan
1. Hadis hasan lidzatihi
Kehasanannya bukan karena factor ekternal melaikan timbul dara diri hadis tersebut.
2. Hadis hasan lighairihi.
Yakni dalam rangkaian sanad ada salah seorang rawi yang tidak diakui keahliannya namun bukan karena ia banyak kesalahan dalam peeriwayatan hadis, dan kemudian ada riwayat lain yang bersesuaian dengan maknanya.
Dengan pengertian ini sebenarnya hadis hasan ligharihi adalah hadis da’if, kemudian ada petunjuk atau dalil lain yang menolongnya sehingga meningkat menjadi hadis hasan.. dan andaikata tidak ada yang menolongnya maka hadis tersebut teta akan berkualitas da’if.
3. HADIS DHA’IF
• Pengertian
Hadis dha’if adalah Hadis yang tidak memiliki salah satu atau sama sekali dari berbagai persyaratan hadis sahih.
• Macam-macam hadis dha’if
Pembagian hadis dha’if menurut para ulama’ itu terbagi sebanyak 42 (Al-Iraqi) bahkan ada yang membagi menjadi 129 macam.
a. Dari gugurnya sanad
Putusnya sanad bisa berada di awal sanad, pertengahan dan juga bisa diakhir bahakn ada muttasilnya sanad itu berada di seluruh sanad. Diantarnaya adalah sebagai berikut ;
- Hadis mu’alaq
- Hadis munqattiq
- Hadis Mu’adlal
- Hadis mudallas
- Hadis mursal
b. Dari segi selai gugurnya sanad.
- Hadis mudha’af
Yakni hadis yang menurut sebagai ulama menguatkannya tetapi sebagian ulama’ menyatakan bahwa hadis tersebut bersifat dha’if baik karena sandnya maupun dha’if pada matannya.
Ada dua kemungkinan penyelesiainnya yakni :
o Ditarjihkan, kaitannya mendha’ifkan berupa rahijij. Sdang yang menganggap kuat dianggapnya yang majruh.
o Tidak ditajrihkan, dalkam hal ini karena kedua pihak sama-sama memiliki argument yang kuat, maka yang diperselisihkan itu tetap sebagai hadis yang mudha’if.
Dr. Ajjab Al-khatbi menyatakan hadis mudha’af adalah tigkatan yang palig tinggi diantara hadis-hadis da’if yang lain. Hadis mudha’af ini pertama kali di kenalkan oleh ibnu Juazy.
- Hadis mudltarib
Hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalan tetapi saling bertetangan dan susah dikmpromikan, baik yang pertentangan pada sanad maupun matannya.
- Hadis maqlub
Sanad atau matannya terbalik-balik yang disebabkan :
a. Sebagian rawi ada yang sengaja membalik-balikkannya. Yang bertujuan memberi kesa kepada orang banyak.
b. Sengaja menyandarkan kepada matan yang lemah (dha’if) kepada sanad yang kuat agar dianggap kuat oleh banyak orang.
c. Sengaja membalik-balikkan nama perawi atau sanad bahkan matannya dengan tujuan agar untuk menguji seseorang atau muridnya.
d. Perawi tidak sengaja memutar balikkan nama rawi, sanad maupun matannya, namun karena lemahnya hafalan dari perawi tersebut.
- Hadis syad
Menurut imam suyuti dalam bukunya tadriburrawi menyatakan bahwa ulama’ terdahulu yang mengerti dengan hadis syad adalh imam syafi’I, yang menyatakan tidaklah dikatakan hadis syat jika yang meriwayatkan adalah orang yang tsiqah dan tidak ada perawi (sanad) lain yang meriwayatkan. Barulah dikatakan hadis syad jika ada perawi lain yang tsiqah juga meriwayatkan tetapi ada pertentangan.
Kesimpulan engertian dari hadis syad adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang yang diterima periwayatannya, tetapi menyalahi dengan periwayat lain yang lebih kuat. Maka periwayat yang lebih kuat disebut hadis mahfudz sedangkan yang lebih lemah disebut hadis syad.
- Hadis munkar
Periwayat hadis tersebut adalah orang yang dhaif serta periwayatannya bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah. Jika hadis tersebut tidak menyalahi perawi yang tsiqah maka disebut hadis yandg dha’if tetapi jika pertentangan itu menyalahi aturan perawi yang tsiqah maka disebut sebagai hadis yang munkar.
Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah disebut hadis ma’ruf sementara yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if disebut hadis unkar.
- Hadis matruk
Diriwayatkan oleh perawi yang bertuduh dusta dalam periwayatannya, orang yang suka berdusta dalam berbicara, dan nyata-nyata orang yang fasiq. Sebab itu hadis matruk merupakan hadis yang paling rendah tingakatannya pada hadis dha’if.
Adz-dzahabi membedakan antara hadis matruk dan matruh sementara tidak ada perbedaan dalam pandangan syekh thahir al-jaza’iry yang di amini oleh Dr. Muhammad Ajjaj Al-Khathib dengan alasan bahwa baik matruk maupun matruh jika dipandang dari segi bahasa dan istilah memiliki arti yang sama.
HADIS MUTTAWATTIR
A. Pengertian
Menurut bahasa kata muttawatiir berarti matabi’ atau mutatabi’ yakni kedatangan nya beririnagan antara satu sama lainnya dan tidak ada perselangannya.
Menurut istilah yakni hadis yang diriwayatkanoleh banyak orang, berdasarkan panca indra, yang menurut adat, dan mustahil dalam periwayatannya bersepakat untuk dusta. Dan periwayatannya senantiasa seperti ini mulai thabaqah yang pertama sampai thabaqah yang terakhir.
B. Syarat – syarat hadis muttawattir
1. Bersumber dari nabi Muhammad saw dengan penerimaan panca indra yang yakin, yakni ketika memperoleh harus langsung mendengar atau melihatnya sendiri dan bukan atas dasar pemikiran tau perkiraan semata ataupu hasil istimbath.
2. Ialngan perawi yang dipandang secara adat muttasil mereka bersepakat untuk tidak berdusta. Dan diriwayatkan oleh banyak orang waluun berita itu bermanfaat tapi tidak diriwayatkan oleh banyak orang maka tidak disebut sebagai hadis mutawatir.
a. Menurut Abu Tayyi menempatkan minimalterdapat empat perawi, yang dikiaskan dengan bilangan jumlah saksi pada suatu perkara.
b. Golongan syafi’I menempatkan minnimallima orang, yang dikiaskan pada jumlah nabi yang termasuuk dalam ulul azmi. Yaitu;
- Nabi Nuh as.
- Nabi Ibrahim
- Nabi Musa
- Nabi Isa
- Nabi Muhammad saw
c. Sebagian lama’ menyebutkan minimal 20 orang dengan engqiyaskan 20 orang yang disebutkan dalam al-qur’an surat al-anfal 65.
d. Ada lagi yang menyatakann minimal 10 orang, 12 orang, 70 orang dan lainnya.
3. Masing – masing tabaqah ada keseimbangan jumlah perawi
Selain ketiga syarat diatas Al-Qasyim menetapkan syarat-syarat lain, yakni harus diriwayatkan oleh orang islam, yang bersifat adil dan dhabith, dan disepakati pula oleh ulama’ lainnya yang memiliki argument :
- Dengan ketiga syarat diatas telah menghasilkan khabar yang yang yakin bahwa berasal dari Rosulullah, karena tidak mungkin sekian banyak perawi dalam thabaqat itu bersepakat untuk dusta.
- Tujuan dari syarat – syarat tersebut untuk menyakinkan behwa hadis tersebut berasal dari rosulullah, dan melalui syarat-syarat tersebut bisa diperoleh keyakinan.
- Mengenai harus diriwayatkan oleh perawi yang beragama islam, ternyata rosulullah saw pernah memperoleh khabar dari seorang badui mengenai tanggal 1 ramadhan, argument ini memang lemah karena badui pada masa itu masih sangat polos. Tentunya hal ini berbeda dengan kaumbadui dan liannya setelah masa rasulullah. Dan mengenai berita tanggal 1 ramadhan tadi berbeda dengan apa yang diberitakan oleh Rasulullah, sebab oitu dikalangan hadis ahad syarat beragama islam ini sangat perlu.
C. Macam-acam hadis mutawattir
1. Hadis mutawattir lafdzi
Yakni hadis mutawattir yang diriwayatkan dengan laffadz dan makna yang sama, serta kandungan hukumnya juga sama.
2. Hadis mutawattir ma’nawi
Yakni hadis mutawattir yangbersumber dari berbagai hadis yang secara lafadznya berbeda-beda tetapi jika dikumpulkan memang memiliki kandungan makna yang sama secara menyeluruh.
Contoh
- Hadis megenai mengangkat tangan wktu berdo’a diluar salat. Ada sekitar 100 hadis yang dikumpulkan bisa disimpulkan bahwa ketika nabi berdo’a diluar salat beliau mengangkat tangan.
- Hadis tentang syafa’ah rasulullah, mimpi melihat rasulullah, terbitnya air dari jari-jari rasulullah, dsb.
3. Hadis mutawattir amaly
Yakni hadis yang menjelaskan mengenaiamal ibadah Rosulullah saw yang di ikuti para sahabt, para tabi’in dan seterusnya.
Contoh hadis rasul mengenai shalat, jumlah raka’at, puasa dll.
D. Jumlah hadis mutawattir
Jumlah hadis mutawattir dikalangan ulama’ masih mengalami talik ulur karena syarat-syaratnya yang sangat ketat, bahkan ibnu Hibban dan Al-hazimy menyatakan bahwa tidak ada hadis yang necapai tingkatan mutawattir namun hak ini di bantah oleh ibnu Shalah yang menyatakan bahwa ada hadis yang mencapai tingkatan mutawattir namun jumlahnya sedikit. Dilain pihak keduianya tidak disepakati oleh ibnu hajar Al-Asqalany yang menyatakan hadis mutawattir itu jumlahnya banyak, yang bisa terdeteksi mengenai riwayat-riwayat hadis serta kelakuan dan sifat perawi hadis, sehingga ada titik temu bahwa para perawi memang tidak ada kesepakatan untuk bedusta. Namun penjelasan ibu Hajar ini lebih cenderung kepada hadis mutawattir ma’nawy, karena yang lafdzy memang tidak banyak jumlahnya.
Berikut kitab-kitab yang memuat hadis mutawatir
a. Al-Azhar Al-mutanatsirah fi al-Akbar al-Mutawatir (susunan imam Suyuti) yang memuat 1513 hadis (pendapat Dr. Muhammad Ajjaj Al-khathi).
b. Nadzmu Al-mutanatsirah min al-Hadis al-Mutawatir, susunan Muhammad bin Ja’far Al-kattany (1345 H).
E. Kedudukan hadis mutawattir
Para ulama’ ada yang mengeluarkan pendapat bahwa memperoleh informasi dari hadis mutawattir ini kedudukannya sama halnya dengan melihat atau mendengar secara langsung. Sebab itu informasi atau petunjuk dari hadis mutawattir ini wajib dilaksanakan sebagai mana wajinnya melaksanakan perintah al-qur’an.
HADIS AHAD
A. Pengertian
Secara etimologi kata wahidun berarti satu, sementara kata ahaarun berarti satuan, yakni angka bilangan dari angka satu sampai angka Sembilan.
Menurut istilah hadis ahad berarti hadis yang diriwayatkan oleh orang-seorang , dua orang atau lebih tetapi belum mencukupi persyaratan mutawattir.
B. Macam – macam hadis ahad
1. Hadis masyhur
I. Pengertian
Yakni hadis yang sudah tersebar ataupun familiar.
• Menurut ibnu hajar al-asqalany, hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perawi tetapi belum mnecapai tingkatan mutawatir.
• Sebagian ulama’ menyatakan bahwa hadis masyhur adalah hadis yang pada thabaqah (tingkatan) perawi pertama dan kedua terdiri dari orang seorang, barulah pada thabaqah selanjutnya tersebar luas dan disampaikan oleh orang banyak yang mustahil mereka bersepakat untuk berdusta.
• Menurut imam ahmad, hadis masyhur adalah hadis yang popular di kalangan tabi’in ataupun tabi’it-tabi’in.
• Ulama’ ushul memberikan pengertian hadis masyhur adalah hadis yang pada tabaqhah pertama diriwayatkan oleh banyak orang tetapi belum sampai tingkat mutawattir, dan pada thabaqah selanjutnya diriwayatkan oleh orang banyak yang jumlahnya menyamai tingkatan mutawatir.
• Hadis yang popular tetapi tidak memperhatikan thabaqahnya seperti popularnya dikalangan ulama’ bukan perawi hadis.
Berikut alasan dari para ulama’ mengapa kok bisa beda pendapat ;
- Golongan yang ketat dalam memberikan persyaratan,
o Menempatkan hadis masyhur diantara hadis mutawatir dan hadis ahad. Bahwa mereka menyatakan bahwa hadis masyhur lebih dekat dengan mutawatir dari pada hadis ahad.
o Pada thabaqah tertentu pengukurannya pada jumlah perawi sehingga pengukurannya selain dari jumlah perawi juga berdasarkan tobawahnya.
- Golongan yang tidak ketat dalam persyaratannya
o Menempatkan hadis mashur sebagai hadis ahad.
o Diukur dari jumlah orang yang mengenalnya, tanpa ada syarat pada tabaqat tertentu, bahkan tidak hanya berhubungan dengan perawi saja.
Selanjutnya ada ulama’ yang menyamakan antara hadis masyhur dengan hadis musatfidl, tetapi ada jug ayag membedakanya.
Hadis musatfidl adalah ;
Menurut bahasa berarti tersiar atau tersebar.
Alasan ulama’ yang membedakannya adalah bahwa pada hadis musatfidl jumlah perawi pada masing-masing tabaqath jumlahnya sama dari awal hingga akhir. Sedangkan hadis masyhur lebih umum dari hadis musatfidl. Tetapi ulama’ yang berbeda pendapat menyatakan justru hadis musatfidl lebih umum dari pada hadis masyhur.
II. Macam-macam hadis masyhur
a. Hadis masyhur dikalangan ulama’ hadis saja
b. Hadis masyhurdikalangan ulama’ hadis dan ulama’ lainnya
c. Hadismasyhur dikalangan ulama’ yang bukan ulama’ hadis, (ulama’ fiqih, ushul dsb)
d. Hadis masyhur dikalangan masyarakat awam.
III. Kwalitas hadis masyhur
Tidak semua hadis masyhur itu sahaih karena kesahihan hadis tidak diukur dari popularitas semata tetapi juga memperhatikan kualitas perawinya, dan juga sanad beserta matannya. Jadi ada hadis mashur yang berkualitas sahih, hadis masyhur berkualitas hasan.
2. Hadis Ghoiru Masyhur
I. Macam-macam hadis ghiru masyhur
a. Hadis Aziz
• Pengertian
Secara bahasa aziz berarti mulia.
Berikut berbagai pengertia menurut kalangan ulama’
o Sebagian ulama’ menyataka, bahwa hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang dari dua orang, maksudnya sanad dari tabaqah pertama sampai tabaqah terakhir jumlah perawinya adalah dua orang. Tetapi menurut ibnu hibban hadis yang dari tabaqah pertama sampai tabaqah yang terakhir itu berjumlah sama yakni dua perawi, itu sangat susah untuk ditemukan.
o Menurut sejumlah ulama’ yang lain memberikan definitive bahwa hadis aziz adalah hadis yang pada sebagian tabaqah diriwayatkan oleh dua orang perawi, sementara di sebagian tabaqah yang lain diriwayatkan oleh lebih dari dua perawi.
Karena untuk menemukan hadis yang dari awal tabaqah hingga akhir tabaqah itu berjumlah sama perawinya yakni dua orang, itu sangatlah susah. Sehingga pemaknaan aziz disini juga berlaku pada kata jarang atau mungkin pula.
• Kualitas hadis aziz
Walaupun azizi meiliki arti mulya, tidak menjadi jaminan bahwa sanad dari matan hadis tersebut berkualitas sahih. Sehingga hadis aziz ada yang bersifat sahih dan juga ada yang bersifat hasan.
b. Hadis Gharib
• Pengertian
Dari segi bahsa gharib berarti jauh dari kampung halaman atau sulit dipahami.
Secara istilah hadis gharib ini memiliki penegertian hadis yang diriwayatkan oleh oeran-seorang tanpa memperhatikan jumlah dari masing – masing tabaqah. Namun pengertian yang dikemukakan oleh ibnu hajar tersebut masih ada pro kontra karena gharib perawi itu terdapat dua kemungkinan yang pertama karena kualitasnya dan kuantitasnya. Menimba alasan tersebut maka tepatlah jika hadis gharib di beri pengertian sebagai berikut;
“hadis yang pada tabaqah sanadnya ada yang meriwayatkan menyendiri yang terdiri dari satu orang atau karena sifat dan karakter dari perawi tertentu”.
Selanjutnya hadis gharib juga biasa disebut sebagai hadis fard, yang memiliki arti tunggal atau satu. Kata gharib dan fard itu adalah sama baik dari segi arti maupun istilahya hal ini menurut Ibnu Hajjar yang disetujui pula oleh Dr. Muhammad Ajjaj Al-Khatib.
Hadza hadisul gharib maksudnya hadis ini gharib pada sanadnya.
Gharibul hadis maksudnya hadis ini gharib pad matannya.
Kemungkinan hadis gharib karena hal berikut;
* Gharib pada matan
Para ulama’ membagi hadis ini menjadi dua macam :
• Hadis gharib mutlaq
Apabila kegharian perawinya terletak di awal sanad atau pada kalangan tabi’in, atau seluruhnya pada tiap tabaqah. Maksud dari kesendirian itu hanya pada perawinya saja bukan dari kalangan sahabat (perawi I) Karena menurut para ulama’ sahabat sudah dianggap adil.
• Hadis gharib nisbi
Perawinya memiliki sifat- sifat tertentu, bukan karena kesendirian jumlahnya tetapi karena keadaan sifat – sifat dari perawinya. Diantarapenyebabnya ada tiga hal yakni : kemungkinan dari segi keadilan dan kedhabitan, mungkin dari tempat tinggalnya, mungkin dari segi periwayatannya.
• Kwalitas hadis gharib.
Tidak semua hadis gharib berkualitas dha’if, Dr. Muhammad Ajjaj Al – Khathib memeberikan contoh didalam kitab – kitabnya yang rawinya gharib tapi berkualitas sahih dan beliau juga mengakui bahwa hadis gharib ada yang berkualitas hasan dan kebanyakan berkualitas dha’if.
di lain sisi hadis gharib juga disebut hadis syad yang diantara perawiya ditentang oleh orang yang lebih tsiqah, sedang yang ditentang itu merupakan perawi yang adil. Jadi hadis yang berkualitas syad bukan serta merta berkualitas gharib.
3. adanya kesulitan dala penulisan terhadap sabda, perbuatan, dan hal ihwal yang berkaitan dengan kronologi selama hayat beliau.
4. perhatian rasulullah saw banyak tercurah kepada al-qur’an yang bertujuan untuk menjaga kemurnian al-qur’an.
Beberapa periode perkembangan hadis menurut para ulama’
A. Dr. Muhammad Mustafa Al-A’zhamy
1. masa sebelum pendewaan hadis
yakni masa nabi Muhammad saw sampai akhir abad pertama hijry yang terbagi menjadi empat fase yakni ;
• pertama
pada masa ketika para sahabat aktif menerima dan menyampaikan hadis, pada masa ini ada sekitar 50 sahabat yang aktif.
• Kedua
Masa para tabi’in aktif menerima dan menyampaikan hadis, pada fase ini ada sekitar 48 tabi’in yang terhitung aktif.
• Ketiga
Tabi’it tabi’in menerima dan meriwayatkan hadis dari para tabi’in, yang terhitung aktif pada fase ini berjumlah sekitar 86.
• Keempat
Aktifnya para guru dan ulama’ mengajarkan hadis di madrasah-madrasah, yang terhitung aktif sekitar 256 prang.
2. masa pengajaran dan penyebaran hadis
periode ini dimulai sejak abad II hijiyah yakni sejak dikeluarkan perintah secara resmi oleh khalifah umar bin abdul aziz untuk membukukan hadis.
Periode ini terbagi menjadi tiga fase yakni;
• pertama
a. ahli hadis dalam menyusun hadis juga mengaitkan ayat-ayat al-qur’an, atsar-atsar sahabat dan tabi’in.
b. disemua kota besar yang masuk dalam daerah islam, ada ahli – ahli hadis yang terkenal.
• Kedua
a. Kitab – kitab hadis memuat hadis nabi saja.
b. Urutan hadis yang termaktub dakam kitab-kitab hadis ada yang berdasarkan topic dan ada yang berdasar pada sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut.
• Ketiga
Masa ini gencarnya mengenai pendewaan, pengajaran, dan pembahasan mengenai hadis berada pada puncaknya.
B. Dr. Muhammad Abdur Rauf
Terbagi atas lima macam
a. Marhalatus Sahifah
Penulisan hadis pada sahifah-sahifah (pelepah kurma, kulit kayu dan tulang-tulang binatang). Periode ini terjadi masa rasulullah yang secara umum melarang dan secara khusus memerintahkan.
b. Marhalatus Musonnef
Penuluisan kitab hadis berdasar dari permasalahan yang berkembang. Dimulai sejak rasulullah saw wafat sampai pertengahan abad II hijry, tetapi menurut maulana Muhammad ali masa ini sampai akhir abad I hijry.
c. Marhalatus sanad
Penulisan kitab berdasar urutan sanad, terjadi pada abad II hijry sejak perintah resmi keluar dari umar bin abdul aziz mengenai opendewaan hadis.
d. Marhalatus sahih
Tersusunnya hadis yang berkualitas sahih, dimulai sejak abad II hijry sanmpai pertengahan abad IV hijry.
e. Marhalatuttahliyat
Komentar dari kitab-kitab hadis yang sudah ada
C. Prof Dr. T.M. Hasbi As-Siddieqy
• Abad pertama Hijry
a. Periode pertama
Pada masa rosulullah atau ‘asrul wahyu wattakwin “masa turun wahyu dan pembentukan masyarkat islam”
b. Periode kedua
Masa sahabat besar (khulafa’urrasyidin) disebut juga masa “zaman tsabbuti waliqlali minarriwayah” yakni “zaman kehati-hatian dan penyederhanaan riwayat”.
c. Periode ketiga
Pada masa sahabat kecil dan tabi’in besar (dinasti amawiyah sampai akhir abad I hijry) “zaman intisyariwayatin ilal amsory” yang artinya “zaman penyebaran riwayah kekota-kota”.
• Abad kedua hijry
d. Periode keempat:
Masa pemerintahan amawiyah (dimulai dari zaman umar bin abdul aziz)
sampai akhir abad kedua hijri (menjelang akhir masa pemerintahan bani abbasiyah periode pertama)
disebut sebagai ‘asrulkitabati wattadwiini” masa penulisan dan kondifikasian / pendewanan hadis”
• Abad ketiga hijry
e. periode kelima
mulai awal sampai akhir abad tiga hijry “’asrul tajridi wattashihi wattankihi” masa pemurnian, penyehatan dan penyempurnaan.
• Abad keempat sampai pertengahan abad ke tujuh hijry
f. periode keenam
mulai abad keempat hijry sampai jatuhnya kota Baghdad (655 H )
disebut dengan ‘asruttahdibi wattartibi wal istidrakiki waljam’ artinya masa pemeliharaan, penertiban, penambahan dan himpunan.
• Abad pertengahan ketujuh hijry sampai sekarang
g. periode ketujuh
sejak jatuhnya kota bagdad sampai sekarang
disebut ‘ahdu syarhi wal jam’I wattakhriji walbahsu artinya masa pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan dan pembahsan.
Pada akhir abad 14 hijry ada kegiatan baru yang berkenaan pembinaan hadis yaitu peanfaatan hasil teknologi modern, berupa rintisan komputerisasi hadis, yang di pelopori oleh Dr. Muhammad Mustafa, namun belum meluas jadi tidak dikethui menyeluruh.
SANAD
1. Pengertian
menurut bahasa : sanad berarti sandaran yang dapat dipegangi atau dipercayai, ataupun kaki bukit atau kaki gunung.
Secara istilah sanad memiliki pengertian ; sanad hadis adalah jalan yang menyampaikan kita pada matan hadis. Sanad dalam kata lain juga disebut thariq atau wajih.
2. Pembagian – pembagian sanad
• awal sanad
• akhir sanad
• ausatus sanad (pertengahan) yakni sanad yang berada diantara awal sanad dan akhir sanad.
3. Istilah istilah dalam sanad
• musnid : orang yang menerangkan hadis dengan menyebutkan sanadnya
• musnad : hadis yang disebut dengan diterangkan seluruh sanadnya sampai kepada nabi Muhammad saw. Pengertian lain dari musnad adalah : kitab-kitab hadis yang dikoleksi oleh penyusunnya, hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahaby (umpama abu hurairah saja) pada bab tertentu yang kemudian diriwayatkan juga oleh shahaby lain dalam bab yang lain pula. Dan memiliki identitas masing-masing sesuai nama penyusunannya contoh : musnad imam ahmad dll
• isnad adalah menjelaskan jalan sanad hadis, atau menyandarkan hadis.
• Shighat sanad (lafadz-lafadz yang ada pada sanad), yang terdiri dari delapan martabat yakni
a. Martabat pertama
Contoh
Saya mendengar, kami telah mendengar ia telah menceritakan kepadaku, dll
b. Martabat kedua
Contoh;
Ia telah mengabarkan kepadaku, saya telah membaca kepadanya dll
c. Martabat ketiga
Contoh ;
Ia telah mengabarkan kepada kami, dibacakan kepadanya sedang saya mendengarkan dll
d. Martabat keempat
Contoh ;
Ia telah memberi tahu kepadaku, ia telah memberi tahu kepada kami dll
e. Martabat kelima
Contoh ;
Ia telah menyerahkan kepadaku
f. Martabat keenam
Contoh ;
Ia telah mengucapkan kepadaku
g. Martabat ke tujuh
Contoh ;
Ia telah menuliskan kepadaku
h. Martabat kedelapan
Contoh ;
Dan, dari pada, sesungguhnya, bahwa sanya, ia telah meriwayatkan, ia telah berkata. Dll.
MATAN
1. pengertian
Dari segi bahasa memiliki pengertian punggung jalan (muka jalan)atau tanah yang keras dan tinggi.
Menurut istialh matan memiliki pengertian materi berita baik yang berupa sabda, perbuatan ataupun taqrir nabi Muhammad saw, yang terletak sanad yang terakhir. Namun secara umum matan juga berupa perbincangan dari nabi Muhammad saw ataupun para sahabat dan tabi’in.
TAHRIJ
Ada istilah lain yang cukup urgen kaitannya mengenai ilmu hadis selain dari istilah sanad, matan dan rawi yakni istilah Istikhraj, Mukhtarij, Takhrij dan Mustajkhrij.
1. istikhraj
istikhraj juga dikenal dengan sebutan takhrij atau ikhraj yang memiliki pengertian pengambilan atau pengutiopan matan dari suatu kitab hadis tertentu (missal kitab sahih imam bukhari), kemudian kita mencari matan yang sama dari hadis lain dan sanadnya berbeda dengan sanad imam bukahari lalu ada titik temu antara sanadnya imam bukahri dan sanad dari hadis lain.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa istilah idtikhraj juga memiliki pengertian suatu penjelasan bahwa hadis tersebut juga berada dalam kitab hadis tertentu.
Selain itu istilah takhrij juga mengandung indikasi menerangkan keadaan periwayat, sanad dan derajat hadis yang terdapat dalam sebuah kitab yang diterangkan mengenai keadaan perasi, sanad dan derajatnya.
2. mustakhrij atau mustakhrij
yakni orang yang melakukan istikraj. Dan penghimpuna kitab dari mustakrij itu diberi nama sesuai dengan nama mustakhrijnya.
METODE PENELITIAN HADIS
Metode Penelitian kwalitas hadis terbagi menjadi tiga golongan yakni :
1. Penelitian yang focus pada sanad (termasuk perawi) saja, metode ini disebut metode isnad atau metode sanad.
2. Metode matan yakni focus penelitian tertuju pada matan (materi) saja.
3. Metode isnad dan matan yakni penelitiannya tidak hanya focus sanad tetapi juga meneliti matan hadis.
Obyek penelitian hadis terbatas dalam tingkatan hadis ahad saja, sementara tidak untuk hadis mutawattir karena tidak diragukan lagi keorisinilannya.
A. Penellitian isnad meliputi :
a. Sanadnya bersambung atau tidak
b. Kecacatan
c. Keadilan
d. Hafalan
e. Kejanggalan dari sanadnya
Ilmu ulumul hadis menurut Al-Hakim Abu Abdillah An-Naisabury berjumlah 52 macam, sementara menurut Ibnu Shalah ada 65 macam ilmu hadis.
Didalam ilmu hadis memberikan kesimpula mengenai kualitas hadis yakni:
1. Pada masa Imam Turmudzi dan sesudahnya terdapat tiga golongan yakni :
a. Hadis Sahih
b. Hadis Hasan
c. Hadis Da’if
2. Pendapat Imam Taqqiyun dan Ibnu Taymiyyah (sebelum masa Imam Turmudzi) terbagi menjadi :
a. Hadis Sahih
b. Hadis Hasan
Pada masa sebelum Turmudzi hadis dhaif terbagi dalam dua kategori yakni;
a. Hadis dhaif yang tidak dilarang melaksanakannya
b. Hadis dhaif yang wajib ditinggalkan
Sehingga dikalangan ulama’ hadis yakni masa Imam Bukhari, Imam Muslim dan empat mazhab belum mengenal istilah hadis hasan karena masih di kelompokkan pada pada kualitas dhaif. Dengan diadakannya penelitian kualitas hadis maka akan muncul berbagai macam tingkatan hadis yakni;
a. Menurut Imam Nawawi dan Imam Syuyuti terdapat 65 macam kualitas hadis
b. Al-Iraqi untuk hadis dha’if saja sudah terbagi menjadi 42 macam.
c. Bahkan menurut ulama’ lain disebutkan terbagi menjadi 129 macam
B. Metode penelitia matan yaitu dengan meneliti Tidak ada pertentangan dengan ;
a. Al-qur’an
b. Hadis muttawattir
c. Ijma’ ulama’
d. Logika yang sejahtera.
Matan yang sesuai dengan ketentuan diatas disebut sebagai hadis shahih sementara yang bertentangan dengannya disebut hadis dhaif bahkan maudu’.
• Menurut Dr. Mustafa As-Siba ‘iy menyebutkan ciri matan hadis yang maudu’ (palsu),
- Susunan gramatikalnya jelek
- Maknanya bertentangan dengan akal sejahtera
- Menyalahi al-qur’an
- Betentangan dengan sejarah.
- Sesuai dengan pendapat seseorang yang meriwayatkannya dengan keadaan sangat fanatic kepada mazhabnya.
- Berkaitan dengan periwayatan banyak orang tetapi di riwayatkan sendiri.
- Mengandung berita pahala besar untuk perkara yang kecil
- Ancama yang berat untuk perkara yang kecil.
C. Penelitaian berdasar metode penelitian sanad dan matan menghasilkan berbagai tingkatan kualitas yakni ;
1. HADIS SAHIH
• Pengertian
Bahasa sahih berarti : sehat, terbebas dari penyakit/aib, benar atau betul
Istilah : hadis yang besambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang-ornag yang adil dan dhabit serta tidak ada kejanggalan dan cacat didalamya. (menurut Imam Nawawi)
Syarat-syarat hadis sahih :
a. Sanandnya muttasil (bersambung)
Mulai dari muharrijnya sampai ke Nabi Muhammad saw tidak terputus. Hadis yang musnad sudahlah pasti muttasil dan tidak semua hadis muttasil pasti musnad karena hadis muttasil ada kalanya marfu’ dan ada kalanya tidak, sementara hadis musnad sudahlah pasti marfu’, dan ada kalanya muttasil dan tidak, maka hadis musnad pastilah muttasil.
b. Perawinya bersiat adil yakni ;
- Istiqamah dalam agama (islam)
- Berakhlak baik
- Tidak fasik (tidak melakukan dosa-dosa kecil apalagi dosa besar)
- Terpelihara muru’ahnya (kehormatan diri)
c. Perawinya bersifat dhabit
Dhabit adalah daya ingat dan hafalan yang sempurna. Dalam periwayatannya dia hafal dan memahami dengan baik serta mampu menyampaikannya.
Gabungan antara istilah dhabit dan adil biasa disebut tsiqah atau tsabat. Jadi orang yang tsiqah pastilah dhabit dan adil tapi orang yang dhabit atau adil belum tentu tsiqah.
d. Tidak ada kejanggalan (syudzudz)
Maksud dari syudzudz adalah adanya pertentangan dengan keadaan tsiqah dan kaidah – kaidah secara umum atau bertentangan dengan hadis yag lebih kuat.
e. Tidak ada ccat sama sekali
• Pembagian hadis sahih
I. Hadis sahih lidzatihi
Yakni hadis yang dengan keadaan dirinya sudah memenuhi sepenuhnya dari kelima syarat tersebut diatas.
II. Hadis sahih li-ghairihi
Hadis yang dengan keadaannya sendiri belum mampu mencapai tingkatan shahih, lalu ada dalil atau petunjuk lain yang menguatkannya maka ia terangkat menjadi hadis sahih, missal dua buah hadis yang semakna dan sama-sam berkualitas hasan li-dzatihi atau ada sebuah hadis hasan lidzatihi lalu ada ayat lain yang bersesuaian benar denga hadis tersebut maka derajatnya terangkat menjadi sahih lidzatihi. Contoh lain ada perawi yang adil tapi kedhabitannya masih dipertanyakan dan rawi lain pada sanad terseut bersifat tsiqah maka hadis tersebut berkualitas hadis hasan lidzatihi, kemudian ada hadis atau dalil lin yang menguatkannya maka ia naik menjadi hadis sahih lighairihi.
2. HADIS HASAN
• Pengertian
Tidak ada perbedaan antara hadis hasan dengan hadis sahih namun untuk perawi hadis hasan kurang sedikit dhait.
Istilah hadis hasan sudah dikenal sejak masa imam turmudzi bahka ia banyak menggunakan istilah hasan-sahih yang menurut para ulama’ hadis, hadis tersebut diragukan kualitasnya yakni ada yangmengatakan hadis sahih da nada yang mengatakan hadis hasan. Tetapi ada yang mengatakan pula bahwa kualitas hadis tersbut berada diantara hadis hasan dan hadis sahih.
• Macam-macam hadis hasan
1. Hadis hasan lidzatihi
Kehasanannya bukan karena factor ekternal melaikan timbul dara diri hadis tersebut.
2. Hadis hasan lighairihi.
Yakni dalam rangkaian sanad ada salah seorang rawi yang tidak diakui keahliannya namun bukan karena ia banyak kesalahan dalam peeriwayatan hadis, dan kemudian ada riwayat lain yang bersesuaian dengan maknanya.
Dengan pengertian ini sebenarnya hadis hasan ligharihi adalah hadis da’if, kemudian ada petunjuk atau dalil lain yang menolongnya sehingga meningkat menjadi hadis hasan.. dan andaikata tidak ada yang menolongnya maka hadis tersebut teta akan berkualitas da’if.
3. HADIS DHA’IF
• Pengertian
Hadis dha’if adalah Hadis yang tidak memiliki salah satu atau sama sekali dari berbagai persyaratan hadis sahih.
• Macam-macam hadis dha’if
Pembagian hadis dha’if menurut para ulama’ itu terbagi sebanyak 42 (Al-Iraqi) bahkan ada yang membagi menjadi 129 macam.
a. Dari gugurnya sanad
Putusnya sanad bisa berada di awal sanad, pertengahan dan juga bisa diakhir bahakn ada muttasilnya sanad itu berada di seluruh sanad. Diantarnaya adalah sebagai berikut ;
- Hadis mu’alaq
- Hadis munqattiq
- Hadis Mu’adlal
- Hadis mudallas
- Hadis mursal
b. Dari segi selai gugurnya sanad.
- Hadis mudha’af
Yakni hadis yang menurut sebagai ulama menguatkannya tetapi sebagian ulama’ menyatakan bahwa hadis tersebut bersifat dha’if baik karena sandnya maupun dha’if pada matannya.
Ada dua kemungkinan penyelesiainnya yakni :
o Ditarjihkan, kaitannya mendha’ifkan berupa rahijij. Sdang yang menganggap kuat dianggapnya yang majruh.
o Tidak ditajrihkan, dalkam hal ini karena kedua pihak sama-sama memiliki argument yang kuat, maka yang diperselisihkan itu tetap sebagai hadis yang mudha’if.
Dr. Ajjab Al-khatbi menyatakan hadis mudha’af adalah tigkatan yang palig tinggi diantara hadis-hadis da’if yang lain. Hadis mudha’af ini pertama kali di kenalkan oleh ibnu Juazy.
- Hadis mudltarib
Hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalan tetapi saling bertetangan dan susah dikmpromikan, baik yang pertentangan pada sanad maupun matannya.
- Hadis maqlub
Sanad atau matannya terbalik-balik yang disebabkan :
a. Sebagian rawi ada yang sengaja membalik-balikkannya. Yang bertujuan memberi kesa kepada orang banyak.
b. Sengaja menyandarkan kepada matan yang lemah (dha’if) kepada sanad yang kuat agar dianggap kuat oleh banyak orang.
c. Sengaja membalik-balikkan nama perawi atau sanad bahkan matannya dengan tujuan agar untuk menguji seseorang atau muridnya.
d. Perawi tidak sengaja memutar balikkan nama rawi, sanad maupun matannya, namun karena lemahnya hafalan dari perawi tersebut.
- Hadis syad
Menurut imam suyuti dalam bukunya tadriburrawi menyatakan bahwa ulama’ terdahulu yang mengerti dengan hadis syad adalh imam syafi’I, yang menyatakan tidaklah dikatakan hadis syat jika yang meriwayatkan adalah orang yang tsiqah dan tidak ada perawi (sanad) lain yang meriwayatkan. Barulah dikatakan hadis syad jika ada perawi lain yang tsiqah juga meriwayatkan tetapi ada pertentangan.
Kesimpulan engertian dari hadis syad adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang yang diterima periwayatannya, tetapi menyalahi dengan periwayat lain yang lebih kuat. Maka periwayat yang lebih kuat disebut hadis mahfudz sedangkan yang lebih lemah disebut hadis syad.
- Hadis munkar
Periwayat hadis tersebut adalah orang yang dhaif serta periwayatannya bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah. Jika hadis tersebut tidak menyalahi perawi yang tsiqah maka disebut hadis yandg dha’if tetapi jika pertentangan itu menyalahi aturan perawi yang tsiqah maka disebut sebagai hadis yang munkar.
Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah disebut hadis ma’ruf sementara yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if disebut hadis unkar.
- Hadis matruk
Diriwayatkan oleh perawi yang bertuduh dusta dalam periwayatannya, orang yang suka berdusta dalam berbicara, dan nyata-nyata orang yang fasiq. Sebab itu hadis matruk merupakan hadis yang paling rendah tingakatannya pada hadis dha’if.
Adz-dzahabi membedakan antara hadis matruk dan matruh sementara tidak ada perbedaan dalam pandangan syekh thahir al-jaza’iry yang di amini oleh Dr. Muhammad Ajjaj Al-Khathib dengan alasan bahwa baik matruk maupun matruh jika dipandang dari segi bahasa dan istilah memiliki arti yang sama.
HADIS MUTTAWATTIR
A. Pengertian
Menurut bahasa kata muttawatiir berarti matabi’ atau mutatabi’ yakni kedatangan nya beririnagan antara satu sama lainnya dan tidak ada perselangannya.
Menurut istilah yakni hadis yang diriwayatkanoleh banyak orang, berdasarkan panca indra, yang menurut adat, dan mustahil dalam periwayatannya bersepakat untuk dusta. Dan periwayatannya senantiasa seperti ini mulai thabaqah yang pertama sampai thabaqah yang terakhir.
B. Syarat – syarat hadis muttawattir
1. Bersumber dari nabi Muhammad saw dengan penerimaan panca indra yang yakin, yakni ketika memperoleh harus langsung mendengar atau melihatnya sendiri dan bukan atas dasar pemikiran tau perkiraan semata ataupu hasil istimbath.
2. Ialngan perawi yang dipandang secara adat muttasil mereka bersepakat untuk tidak berdusta. Dan diriwayatkan oleh banyak orang waluun berita itu bermanfaat tapi tidak diriwayatkan oleh banyak orang maka tidak disebut sebagai hadis mutawatir.
a. Menurut Abu Tayyi menempatkan minimalterdapat empat perawi, yang dikiaskan dengan bilangan jumlah saksi pada suatu perkara.
b. Golongan syafi’I menempatkan minnimallima orang, yang dikiaskan pada jumlah nabi yang termasuuk dalam ulul azmi. Yaitu;
- Nabi Nuh as.
- Nabi Ibrahim
- Nabi Musa
- Nabi Isa
- Nabi Muhammad saw
c. Sebagian lama’ menyebutkan minimal 20 orang dengan engqiyaskan 20 orang yang disebutkan dalam al-qur’an surat al-anfal 65.
d. Ada lagi yang menyatakann minimal 10 orang, 12 orang, 70 orang dan lainnya.
3. Masing – masing tabaqah ada keseimbangan jumlah perawi
Selain ketiga syarat diatas Al-Qasyim menetapkan syarat-syarat lain, yakni harus diriwayatkan oleh orang islam, yang bersifat adil dan dhabith, dan disepakati pula oleh ulama’ lainnya yang memiliki argument :
- Dengan ketiga syarat diatas telah menghasilkan khabar yang yang yakin bahwa berasal dari Rosulullah, karena tidak mungkin sekian banyak perawi dalam thabaqat itu bersepakat untuk dusta.
- Tujuan dari syarat – syarat tersebut untuk menyakinkan behwa hadis tersebut berasal dari rosulullah, dan melalui syarat-syarat tersebut bisa diperoleh keyakinan.
- Mengenai harus diriwayatkan oleh perawi yang beragama islam, ternyata rosulullah saw pernah memperoleh khabar dari seorang badui mengenai tanggal 1 ramadhan, argument ini memang lemah karena badui pada masa itu masih sangat polos. Tentunya hal ini berbeda dengan kaumbadui dan liannya setelah masa rasulullah. Dan mengenai berita tanggal 1 ramadhan tadi berbeda dengan apa yang diberitakan oleh Rasulullah, sebab oitu dikalangan hadis ahad syarat beragama islam ini sangat perlu.
C. Macam-acam hadis mutawattir
1. Hadis mutawattir lafdzi
Yakni hadis mutawattir yang diriwayatkan dengan laffadz dan makna yang sama, serta kandungan hukumnya juga sama.
2. Hadis mutawattir ma’nawi
Yakni hadis mutawattir yangbersumber dari berbagai hadis yang secara lafadznya berbeda-beda tetapi jika dikumpulkan memang memiliki kandungan makna yang sama secara menyeluruh.
Contoh
- Hadis megenai mengangkat tangan wktu berdo’a diluar salat. Ada sekitar 100 hadis yang dikumpulkan bisa disimpulkan bahwa ketika nabi berdo’a diluar salat beliau mengangkat tangan.
- Hadis tentang syafa’ah rasulullah, mimpi melihat rasulullah, terbitnya air dari jari-jari rasulullah, dsb.
3. Hadis mutawattir amaly
Yakni hadis yang menjelaskan mengenaiamal ibadah Rosulullah saw yang di ikuti para sahabt, para tabi’in dan seterusnya.
Contoh hadis rasul mengenai shalat, jumlah raka’at, puasa dll.
D. Jumlah hadis mutawattir
Jumlah hadis mutawattir dikalangan ulama’ masih mengalami talik ulur karena syarat-syaratnya yang sangat ketat, bahkan ibnu Hibban dan Al-hazimy menyatakan bahwa tidak ada hadis yang necapai tingkatan mutawattir namun hak ini di bantah oleh ibnu Shalah yang menyatakan bahwa ada hadis yang mencapai tingkatan mutawattir namun jumlahnya sedikit. Dilain pihak keduianya tidak disepakati oleh ibnu hajar Al-Asqalany yang menyatakan hadis mutawattir itu jumlahnya banyak, yang bisa terdeteksi mengenai riwayat-riwayat hadis serta kelakuan dan sifat perawi hadis, sehingga ada titik temu bahwa para perawi memang tidak ada kesepakatan untuk bedusta. Namun penjelasan ibu Hajar ini lebih cenderung kepada hadis mutawattir ma’nawy, karena yang lafdzy memang tidak banyak jumlahnya.
Berikut kitab-kitab yang memuat hadis mutawatir
a. Al-Azhar Al-mutanatsirah fi al-Akbar al-Mutawatir (susunan imam Suyuti) yang memuat 1513 hadis (pendapat Dr. Muhammad Ajjaj Al-khathi).
b. Nadzmu Al-mutanatsirah min al-Hadis al-Mutawatir, susunan Muhammad bin Ja’far Al-kattany (1345 H).
E. Kedudukan hadis mutawattir
Para ulama’ ada yang mengeluarkan pendapat bahwa memperoleh informasi dari hadis mutawattir ini kedudukannya sama halnya dengan melihat atau mendengar secara langsung. Sebab itu informasi atau petunjuk dari hadis mutawattir ini wajib dilaksanakan sebagai mana wajinnya melaksanakan perintah al-qur’an.
HADIS AHAD
A. Pengertian
Secara etimologi kata wahidun berarti satu, sementara kata ahaarun berarti satuan, yakni angka bilangan dari angka satu sampai angka Sembilan.
Menurut istilah hadis ahad berarti hadis yang diriwayatkan oleh orang-seorang , dua orang atau lebih tetapi belum mencukupi persyaratan mutawattir.
B. Macam – macam hadis ahad
1. Hadis masyhur
I. Pengertian
Yakni hadis yang sudah tersebar ataupun familiar.
• Menurut ibnu hajar al-asqalany, hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perawi tetapi belum mnecapai tingkatan mutawatir.
• Sebagian ulama’ menyatakan bahwa hadis masyhur adalah hadis yang pada thabaqah (tingkatan) perawi pertama dan kedua terdiri dari orang seorang, barulah pada thabaqah selanjutnya tersebar luas dan disampaikan oleh orang banyak yang mustahil mereka bersepakat untuk berdusta.
• Menurut imam ahmad, hadis masyhur adalah hadis yang popular di kalangan tabi’in ataupun tabi’it-tabi’in.
• Ulama’ ushul memberikan pengertian hadis masyhur adalah hadis yang pada tabaqhah pertama diriwayatkan oleh banyak orang tetapi belum sampai tingkat mutawattir, dan pada thabaqah selanjutnya diriwayatkan oleh orang banyak yang jumlahnya menyamai tingkatan mutawatir.
• Hadis yang popular tetapi tidak memperhatikan thabaqahnya seperti popularnya dikalangan ulama’ bukan perawi hadis.
Berikut alasan dari para ulama’ mengapa kok bisa beda pendapat ;
- Golongan yang ketat dalam memberikan persyaratan,
o Menempatkan hadis masyhur diantara hadis mutawatir dan hadis ahad. Bahwa mereka menyatakan bahwa hadis masyhur lebih dekat dengan mutawatir dari pada hadis ahad.
o Pada thabaqah tertentu pengukurannya pada jumlah perawi sehingga pengukurannya selain dari jumlah perawi juga berdasarkan tobawahnya.
- Golongan yang tidak ketat dalam persyaratannya
o Menempatkan hadis mashur sebagai hadis ahad.
o Diukur dari jumlah orang yang mengenalnya, tanpa ada syarat pada tabaqat tertentu, bahkan tidak hanya berhubungan dengan perawi saja.
Selanjutnya ada ulama’ yang menyamakan antara hadis masyhur dengan hadis musatfidl, tetapi ada jug ayag membedakanya.
Hadis musatfidl adalah ;
Menurut bahasa berarti tersiar atau tersebar.
Alasan ulama’ yang membedakannya adalah bahwa pada hadis musatfidl jumlah perawi pada masing-masing tabaqath jumlahnya sama dari awal hingga akhir. Sedangkan hadis masyhur lebih umum dari hadis musatfidl. Tetapi ulama’ yang berbeda pendapat menyatakan justru hadis musatfidl lebih umum dari pada hadis masyhur.
II. Macam-macam hadis masyhur
a. Hadis masyhur dikalangan ulama’ hadis saja
b. Hadis masyhurdikalangan ulama’ hadis dan ulama’ lainnya
c. Hadismasyhur dikalangan ulama’ yang bukan ulama’ hadis, (ulama’ fiqih, ushul dsb)
d. Hadis masyhur dikalangan masyarakat awam.
III. Kwalitas hadis masyhur
Tidak semua hadis masyhur itu sahaih karena kesahihan hadis tidak diukur dari popularitas semata tetapi juga memperhatikan kualitas perawinya, dan juga sanad beserta matannya. Jadi ada hadis mashur yang berkualitas sahih, hadis masyhur berkualitas hasan.
2. Hadis Ghoiru Masyhur
I. Macam-macam hadis ghiru masyhur
a. Hadis Aziz
• Pengertian
Secara bahasa aziz berarti mulia.
Berikut berbagai pengertia menurut kalangan ulama’
o Sebagian ulama’ menyataka, bahwa hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang dari dua orang, maksudnya sanad dari tabaqah pertama sampai tabaqah terakhir jumlah perawinya adalah dua orang. Tetapi menurut ibnu hibban hadis yang dari tabaqah pertama sampai tabaqah yang terakhir itu berjumlah sama yakni dua perawi, itu sangat susah untuk ditemukan.
o Menurut sejumlah ulama’ yang lain memberikan definitive bahwa hadis aziz adalah hadis yang pada sebagian tabaqah diriwayatkan oleh dua orang perawi, sementara di sebagian tabaqah yang lain diriwayatkan oleh lebih dari dua perawi.
Karena untuk menemukan hadis yang dari awal tabaqah hingga akhir tabaqah itu berjumlah sama perawinya yakni dua orang, itu sangatlah susah. Sehingga pemaknaan aziz disini juga berlaku pada kata jarang atau mungkin pula.
• Kualitas hadis aziz
Walaupun azizi meiliki arti mulya, tidak menjadi jaminan bahwa sanad dari matan hadis tersebut berkualitas sahih. Sehingga hadis aziz ada yang bersifat sahih dan juga ada yang bersifat hasan.
b. Hadis Gharib
• Pengertian
Dari segi bahsa gharib berarti jauh dari kampung halaman atau sulit dipahami.
Secara istilah hadis gharib ini memiliki penegertian hadis yang diriwayatkan oleh oeran-seorang tanpa memperhatikan jumlah dari masing – masing tabaqah. Namun pengertian yang dikemukakan oleh ibnu hajar tersebut masih ada pro kontra karena gharib perawi itu terdapat dua kemungkinan yang pertama karena kualitasnya dan kuantitasnya. Menimba alasan tersebut maka tepatlah jika hadis gharib di beri pengertian sebagai berikut;
“hadis yang pada tabaqah sanadnya ada yang meriwayatkan menyendiri yang terdiri dari satu orang atau karena sifat dan karakter dari perawi tertentu”.
Selanjutnya hadis gharib juga biasa disebut sebagai hadis fard, yang memiliki arti tunggal atau satu. Kata gharib dan fard itu adalah sama baik dari segi arti maupun istilahya hal ini menurut Ibnu Hajjar yang disetujui pula oleh Dr. Muhammad Ajjaj Al-Khatib.
Hadza hadisul gharib maksudnya hadis ini gharib pada sanadnya.
Gharibul hadis maksudnya hadis ini gharib pad matannya.
Kemungkinan hadis gharib karena hal berikut;
* Gharib pada matan
- Seluruh matan tersebut sama sekali tidak dikenal oleh para ulama’ hadis.yang disebabkan perawinya tidak dikenal sebagai perawi hadis, menurut Ibnu Shalah jika seluruh matannya hgarib maka sanadnyapun juga gharib.
- Sebagian matanya susah dipahami karena bahsanya tidak popular dlam masyarakat.
- Sebagian lafad dari matan tersebut tidak termuat pada sanad lain.
Para ulama’ membagi hadis ini menjadi dua macam :
• Hadis gharib mutlaq
Apabila kegharian perawinya terletak di awal sanad atau pada kalangan tabi’in, atau seluruhnya pada tiap tabaqah. Maksud dari kesendirian itu hanya pada perawinya saja bukan dari kalangan sahabat (perawi I) Karena menurut para ulama’ sahabat sudah dianggap adil.
• Hadis gharib nisbi
Perawinya memiliki sifat- sifat tertentu, bukan karena kesendirian jumlahnya tetapi karena keadaan sifat – sifat dari perawinya. Diantarapenyebabnya ada tiga hal yakni : kemungkinan dari segi keadilan dan kedhabitan, mungkin dari tempat tinggalnya, mungkin dari segi periwayatannya.
• Kwalitas hadis gharib.
Tidak semua hadis gharib berkualitas dha’if, Dr. Muhammad Ajjaj Al – Khathib memeberikan contoh didalam kitab – kitabnya yang rawinya gharib tapi berkualitas sahih dan beliau juga mengakui bahwa hadis gharib ada yang berkualitas hasan dan kebanyakan berkualitas dha’if.
di lain sisi hadis gharib juga disebut hadis syad yang diantara perawiya ditentang oleh orang yang lebih tsiqah, sedang yang ditentang itu merupakan perawi yang adil. Jadi hadis yang berkualitas syad bukan serta merta berkualitas gharib.
0 komentar:
Posting Komentar