Pernikahan bukan sekedar komitmen sehidup semati. Ia juga dianggap institusi yang membutuhkan kerja keras untuk mempertahankan pondasinya. Bagi sebagian orang, pernikahan begitu didamba namun tak kunjung digenggam meskipun calon sudah ada di depan mata. Di sisi lain, segala sesuatunya berjalan begitu cepat dan dilangsungkan secepat kedipan mata.
Dalam liputan khusus kali ini, Saya memfokuskan diri pada tema nikah muda yang menurut segelintir orang adalah wujud kamuflase dari MBA (Married By Accident) alias hamil duluan. Padahal, menurut saya, jika memang telah menemukan tambatan hati yang dirasa menjadi belahan jiwa, hal tersebut sah-sah saja, tak perlu mengurusi apa kata orang. Toh, yang menjalani adalah pasangan tersebut, bukan mereka yang mencibir.
Menjadi satu dalam ikatan pernikahan diperlukan kesiapan dari berbagai aspek. Apa kabarnya jika dilakukan di usia muda dimana kedewasaan diri belum matang dan secara finasial belum tercukupi? Menurut survei yang kami lakukan, ternyata banyak wanita muda yang tidak masalah meniti bahtera pernikahan di usia muda. Simak pula pro kontra yang mereka hadapi akan keputusan tersebut.
Dalam kesempatan ini pula, Teman-teman disajikan dengan fakta dan mitos yang telah lama dipercaya tentang nikah muda, namun tidak semuanya benar atau keliru. Tidak dipungkiri pula bahwa salah satu penyebab wanita memutuskan untuk menikah di usia dan pengalaman yang masih 'hijau', adalah karena iri melihat temannya yang sudah melakukannya lebih dahulu.
Jadi dengan adanya serangkaian artikel yang saya sajikan hari ini, Selasa (17/7/2012), diharapkan Teman-teman yang merasa siap dan memutuskan menikah di usia muda mendapatkan pencerahan. Jika memang siap, kenapa harus menunda? Ingatlah pernikahan memerlukan kerja keras dan bukan melulu soal cinta dan nafsu yang membara.
0 komentar:
Posting Komentar