PEMBAHASAN
Penalaran dan Logika
Penalaran (reasoning) berkaitan erat dengan bagaimana manusia mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari premis langsung maupun tidak langsung.
Titik berat penalaran adalah bagaimana seorang menarik kesimpulan dan mengevaluasi apakah kesimpulan yang dihasilkan itu valid/tidak valid (Ellis & Hunt, 1993).Penalaran terlibat di dalam proses pemecahan masalah, karena memang beberapa bentuk penalaran biasanya merupakan bagian dari pemecahan masalah itu sendiri (Solso, 1988).Hampir semua orang sependapat bahwa penalaran dan pemecahan masalah merupakan komponen penting dari intelegensi.
Studi-studi tentang penalaran secara historis berhubungan dengan studi-studi tentang logika. Eysenck (1984) bahwa logika memainkan peranan penting di dalam materi utama matematika.
Logika adalah suatu sistem formal untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.(Solso, 1988) Logika adalah ilmu pengetahuan tentang berpikir. Berpikir adalah proses umum untuk mempertimbangkan berbagai isu di dalam pikiran manusia. Eyscenk (1984) bahwa pokok dalam sistem logika yang akhirnya menuju penarikan kesimpulan tertentu. Seperangkat prinsip-prinsip atau aturan-aturan mengenai penarikan kesimpulan (interferensi). Ellis & Hunt (1993), logika adalah sebagai suatu system formal bagi penarikan kesimpulan yang valid. Penalaran tidak hanya terbatas pada hukum atau prinsip logika.
Penalaran yang lain adalah ;
1.) Penalaran Statistika dan Penalaran Ekonomi (Nisbett, Krantz, Jepson, dan Konda.1983)
2.) Penalaran Informal (Perkins.1985)
3.) Penalaran Ilmiah (Bubules, Linn.1988)
Akhirnya penalaran hanya berhubungan dengan sistem logika. Dasarnya, beberapa literatur yang memuat pembahasan tentang penalaran masih didominasi oleh hukum-hukum yang berhubungan dengan sistem logika penalaran induktif dan deduktif.
Penalaran adalah suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan (Keraf.1991).Penalaran adalah aktivitas menilai hubungan proposisi-proposisi yang disusun di dalam bentuk premis –premis, menentukan kesimpulannya (Soekadijo 1988).Penalaran adalah jalan pikiran ketika orang akan mengambil kesimpulan tertentu (Kafie 1989).
Kesimpulannya, penalaran adalah suatu proses kognitif dalam menilai hubungan diantara premis-premis ynag akhirnya menuju pada penarikan kesimpulan tertentu.
Jenis Keterampilan Penalaran
Menurut Sternberg (1989, 1990) membagi keterampilan penalaran (keterampilan intelektual didasarkan pada teori subkomponen dan tinjauan pemprosesan informasi kognitif.
Secara umum penalaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu :
1.) Penalaran Deduktif
2.) Penalaran Induktif
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran Deduktif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan informasi baru berdasarkan informasi lama (yang tersimpan di dalam ingatan).Bertujuan untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang shahih, atau konklusi-konklusi yang benar berdasarkan premis atau pengamatan yang mendahuluinya (Johnson-Laird,Byrne dan Tabossi, 1988).
Teori Penarikan Kesimpulan
Menurut Johnson-Laird,Byrne, dan Tabossi (1989) terdapat tiga pandangan pokok yang diajukan baik dalam psikologi kognitif maupun intelegensi buatan. Meakanisme penalaran tergantung pada aturan formal dari penarikan kesimpulan, namun tergantung pada aturan isi khusus dari penarikan kesimpulan, dan juga pada tata cara kebahasaan yang mencapai interpretasi atau model premis yang merupakan perlawanan contoh untuk kesimpulan.
Teori Aturan Formal
Menurut teori ini mekanisme penarikan kesimpulan meliputi langkah-langkah yakni :membuat bentuk, seperti model logika mengenai premis-premis dan membuat interpretasi di dalam bahasa internal sehingga melahirkan struktur sinteksis.Teori ini diangkat dari filsafat yang disebut “deduksi-alami”yang di dalamnya memiliki aturan penghubung tentang kesimpulan yang akan dihasilkan.
Teori Aturan Khusus Isi
Gagasan mengenai aturan khusus isi untuk penarikan kesimpulan pertama kali diajukan di dalam kontek intelegensi buatan atau tiruan, lalu dikaitkan dengan pengembangan sistem hasil. Aturan ini sudah lama dipelajari oleh para ahli psikologi guna mencari pengaruh faktor isi bagi suatu penyimpulan.
Teori Model Mental
Teori ini juga disebut sebagai penalaran melalui model mental. Teori ini telah berhasil diuji oleh Johnson-Laird dkk (1989), baik di dalam bentuk premis kuantifikasi tunggal, maupun penalaran proposional. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa penyimpulan yang meminta konstruksi hanya satu model akan lebih mudah daripada yang melebihi satu model.
Penalaran deduktif terbagi menjadi 3 jenis, yaitu silogisme kategorik,silogisme linear, dan penalaran proporsional. Setiap penalaran memiliki aturan-aturan penyimpulantersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya.
1.)SILOGISME KATEGORIK
Silogisme kategorik adalah suatu bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik( Soekadijo, 1987). Silogisme kategorik mencakup : premis major, premis minor dan kesimpulan. Penggunaan bentuk penalaran silogisme guna menguji kevalidan argumentasi. Kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis dapat ditentukan, kemudian dikeluarkan. Agar lebih mudah menentukan validitas premis-premis yang digunakan dalam silogisme kategorik, seseorang dapat menggunakan bantuan diagram lingkaran.
2.)SILOGISME LINEAR
Penalaran silogisme linear yan juga disebut transitive inference problems, oleh Sternberg (1980) didefinisikan sebagai suatu sistem penarikan kesimpulan melalui dua premis atau lebih yang menggambarkan adanya hubungan di antara bagian-bagian dari satu premis dengan premis dengan premis yang lainnya. Penalaran silogisme linear sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dan juga telah menarik minat para ahli psikologi untuk mempelajarinya. Para ahli menganggap bahwa penalaran ini sangat penting dan mendasar bagi aspek kognif manusia. Akibatnya penalaran silogisme linear memainkan peran kunci di dalam teori-teori psikologi (Sternberg, 1980).
3.)PENALARAN PROPOSIONAL
Salah satu jenis penalaran yang cukup banyak dipelajari oleh para ahli ialah penalaran proposional. Pada penalaran proposional semua proposisi direpresentasikan melalui simbol. Penalaran ini juga sering disebut penalaran kondisional atau penalaran probabilistik karena menggunakan kalimat bersyarat “jika….maka”
Contoh :
Jika saya lapar maka saya makan. p >> q
Saya lapar p
___________________________________
Oleh sebab itu saya minum q
PENALARAN INDUKTIF
Nisbett, Krantz,Jepson, dan Kunda (1983) beragumentasi bahwa penalaran induktif merupakan aktivitas manusia dalam pemecahan masalah yang memiliki arti sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan berada dimana-mana. Pembentukan konsep, genaralisasi contoh-contoh, dan tindakan membuat prediksi, semuanya merupakan contoh-contoh penalaran induktif. Penalaran ini dilakukan melalui proposisi-proposisi khusus untuk menghasilkan proposisi yang lebih umum.
Contoh :
Kucing 1 besar dan lucu berekor panjang
Kucing 2 besar dan lucu berekor panjang
Kucing 3 besar dan lucu berekor panjang
Jadi, semua kucing besar dan lucu berekor panjang
Penalaran induktif dapat menjadi benar jika memenuhi tiga kriteria : prinsip statistik, generalisasi, dan prediksi (Nisbett, Krantz,Jepson, dan Kunda (1983)). Penalaran induktif harus memenuhi prinsip-prinsip statistik tertentu. Dengan demikian penguasaan prinsip-prinsip statistic tertentu menjadi sangat penting bagi peningkatan kemampuan berpikir induktif. (Nisbett, Krantz,Jepson, dan Kunda (1983)) menemukan bahwa pelatihan prinsip-prinsip statistic mempunyai pengaruh positif yang sangat besar terhadap penalaran induktif mengenai masalah sehari-hari. Oleh karena itu problem induktif memiliki sifat ketidakpastian dan memerlukan kesimpulan prediktif, ketrampilan menalar secara induktif dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan seperti ini.
Penalaran induktif dibagi menjadi dua, yaitu :
1.)Penalaran Klasifikasi
2.)Penalaran Analogi
1.)Penalaran Klasifikasi
Penalaran klasifikasi merupakan suatu proses penarikan kesimpulan umum yang diturunkan dari beberapa contoh objek atau peristiwa khusus yang serupa. Penalaran ini sering disebut generalisasi induktif.
Contoh :
Adik saya adalah sarjana Hukum UNESA
Kakak saya adalah sarjana Psikologi UNESA
Saya sendiri adalah sarjana Ekonomi UNESA
Jadi, semua keluarga saya adalah sarjana UNESA
Penalaran ini terutama digunakan untuk menemukan hukum, prinsip, menyusun teori atau hipotesis.
2.)Penalaran Analogi
Penalaran Analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain kemudian menyimpulkan bahwa yang berlaku bagi peristiwa yang satu akan berlaku juga bagi yang lain.
Contoh :
Mandra kebanyakan merokok, lalu terkena penyakit kanker.
Ateng kebanyakan merokok, lalu terkena penyakit kanker.
Tarzan kebanyakan merokok.
Jadi, Tarzan juga terkena penyakit kanker
Perlu diketahui bahwa ada beberapa orang yang membedakan antara analogi induktif dengan analogi deklaratif atau penjelasan.
Analogi deklaratif adalah suatu metode untuk memnjelaskan sesuatu hal yan tidak dikenal dengan membandingkan pada sesuatu yang sudah dikenal. Pada dasarnya antara analogi induktif dengan analogi deklaratif memilki proses kognitif yang sama, yaitu mempersamakan dua hal yang sebenarnya berbeda. Seseorang menggunakan penalaran analogi ketika ia membuat keputusan tentang suatu hal yang baru didalam pengalamannya malalui penarikan kesmpulan yang sejajar dengan sesuatu yang lama.
Dibidang pendidikan dan pengajaran, analogi merupakan suatu alat pengajaran yang sangat berguna karena dapat mendorong transfer atau mapping tentang hubungan-hubungan abstrak diantara kawasan pengetahuan yang telah dikenal dengan pengetahuan yang kurang dikenal atau baru yang menjadi kawasan target (Zook dan Di Vesta, 1991).
Penalaran analogi telah memainkan suatu peran kunci didalam teori psikologi seperti juga di dalam praktik kehidupan sehari-hari, (Sternberg, 1977). Para ahli psikologi diferensial sudah lama mengenal hubungan erat antara penalaran analogi dengan intelegennsi. Misalnya, Spearman dengan tiga prinsip kualitatif dari kognisi, yaitu memahami pengalaman, kemampuan membentuk relasi dan korelasi, semuannya berhubungan dengan tiga operasi pokok di dalam penalaran analogi. Raven juga bependapat bahwa penalaran analogi merupakan pusat dari intelegensi manusia. Penalaran analogi juga telah memainkan peran yang penting di dalam pemrosesan informasi. Untuk itu penalaran analogi termasuk jenis penalaran yang banyak diteliti para ahli psikologi kognitif baik yang menyangkut proses maupun strategi berpikir analogis. Penalaran analogi dibedakan menjadi dua bagian :
1.) Analogi hubungan sebab akibat seseorang menganalogikan dua hal atau kejadian yang serupa menurut sifat-sifat tertentu berdasarkan struktur hubungan sebab akibat.
2.) Analogi hubungan bagian keseluruhan proses penympulan yang mempersamakan dua kejadian yang sebenarnya berbeda, karena keduanya memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu menurut struktur hubungan bagian keseluruhan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah, penalaran merupakan salah satu keterampilan intelektual penting dan biasanya menjadi bagian dari sistem logika. Sementara itu, logika merupakan bagian penting dari proses berpikir dan pemecahan masalah, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Secara garis besar penalaran dibagi menjadi dua, yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif meliputi silogisme kategorik, silogisme linier, dan penalaran proposional. Penalaran induktif bermula dari hal-hal yang umum atau sejajar dan meliputi penalaran analogi hubungan sebab-akibat, analogi hubungan bagian total dan asosiasi, dan dan penalaran klasifikasi.
Suatu program pendidikan yang di tempuh seseorang dapat mempengaruhi kemampuan atau keterampilan penalaran tertentu. Keterampilan penalaran merupakn bagian penting dari kemampuan berfikir atau intlektual dapat ditingkatkan melalui serangkaian pelatihan yang secara sengaja dirancang untuk itu. Secara umum tidak ada alasan yang cukup kuat bagi seseorang untuk mengatakan bahwa ketrampilan intelektual manusia tidak dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nasrudin, Harun, dkk. 2007. Sains Dasar. Surabaya: UNESA University Press.
Solso, Robert L, dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta: PT Glora Aksara Pratama.
Suharnan. 2005. Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi.
0 komentar:
Posting Komentar